Oleh. Iwan Hafidz Zaini. SHI
اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اله إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله.اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أما بعد فياعباد الله أوصيكم ونفسى بتقوى الله فقد فاز المتقون, اتقو الله حق تقاته ولاتموتن ألا وأنتم مسلمون. وقد قال الله تعالى فى القرأن الكريم وَإِن تَصبِرُواْ وَتَتَّقُواْ فَإِنَّ ذَٰلِكَ مِن عَزمِ ٱلأُمُورِ
Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah.
Marilah kita senantiasa mensyukuri nikmat Allah SWT kepada kita yang tiada henti. Mulai dari kita bangun pagi sampai kita tidur lagi nikmat Allah tiada putus. Jika kita mensyukuri nikmat Allah maka akan mudah bagi kita untuk menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya.
Oleh karena itu, mumpung kita masih diberi nikmat Allah yang berupa kesehatan, di siang hari ini marilah kita pergunakan untuk meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan beribadah kepadaNya. Jangan kita menunggu ujian ataupun cobaan dari Allah untuk menjadi hamba yang taat.
Hadirin Jamaah Jum’at yang berbahagia
Kita hidup mulai dari akil baligh sampai kita meninggal adalah ujian. Ujian yang nantinya akan dinilai oleh Allah berdasarkan amal. Dengan adanya ujian akan diketahui mana hamba Allah yang baik amalnya. Sebagaimana firman Allah:
تَبَٰرَكَ ٱلَّذِي بِيَدِهِ ٱلۡمُلۡكُ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٌ ١ ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلۡمَوۡتَ وَٱلۡحَيَوٰةَ لِيَبۡلُوَكُمۡ أَيُّكُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلٗاۚ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡغَفُورُ ٢
Artinya : “Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya-lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Mulk:1-2)
Seringkali kita menganggap sama antara ujian dan cobaan. Ujian ya cobaan. Cobaan ya ujian. Bukan. Lalu, apakah perbedaan antara ujian dan cobaan?
Ujian adalah suatu masalah yang diberikan kepada kita untuk mengetahui seberapa tinggi kualitas kita. Jika lulus ujian, berarti kualitas meningkat. Sedang cobaan hampir sama dengan ujian, akan tetapi memiliki konotasi yang agak berbeda, jika ujian menjurus pada kenaikan tingkat, maka cobaan hanya mencoba apakah kita bisa bertahan.
Adakalanya kehidupan sebelum baligh pun merupakan ujian. Seperti orang yang terlahir dalam keadaan tidak sempurna. Memiliki cacat fisik maupun mental. Ujian secara fisik ini termasuk kategori fi anfus dalam bahasa Al-Qur’an. Sebagaimana firman Allah:
لَتُبۡلَوُنَّ فِيٓ أَمۡوَٰلِكُمۡ وَأَنفُسِكُمۡ
Artinya: “Kamu benar-benar akan diuji pada hartamu dan dirimu.” (QS. Ali-Imron:1)
Ma’asyirol Muslimin Rahimakumullah
Ujian Allah yang diberikan kepada kita bisa berupa dua hal. Yaitu, ujian yang berbentuk kenikmatan dan ujian yang berbentuk musibah. Namun seringkali kita menyangka bahwa ujian adalah musibah. Sedang kenikmatan bukan ujian. Bagi orang beriman sebenarnya rumus umum tentang ujian adalah bahwa orang yang lebih kuat imannya ia akan mendapat ujian yang lebih berat. Seperti anak SMA akan mendapat soal ujian yang lebih sulit dibanding anak SMP. Begitu juga anak SMP akan mendapat soal ujian yang lebih sulit dari anak SD. Artinya, semakin tinggi keimanan seseorang semakin berat ujiannya. Rasulullah pernah menjawab pertanyaan Saad bin Abi Waqash mengenai tingkat ujian tersebut.
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً
“Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ
Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.” (HR. Tirmidzi, An-Nasai, Ibnu Majah)
Ma’asyirol Muslimin Rahimakumullah
Kita bisa melihat dalam sejarah, betapa ujian yang dialami para Nabi dan Rasul sangat berat. Begitu juga ujian yang dialami para wali Allah. Jika ujian berat dan kita berhasil melaluinya maka pahala yang besarpun akan kita dapatkan.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,
وَاِذَا عَظُمَت المِحْنَةُ كَانَ ذَلِكَ لِلْمُؤْمِنِ الصَّالِحِ سَبَبًا لِعُلُوِّ الدَرَجَةِ وَعَظِيْمِ الاَجْرِ
“Cobaan yang semakin berat akan senantiasa menimpa seorang mukmin yang sholih untuk meninggikan derajatnya dan agar ia semakin mendapatkan ganjaran yang besar.”
Dan ujian merupakan tanda cinta kasih Allah kepada hambaNya. Sebagaimana sabda Nabi.
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِىَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ
“ Sesungguhnya balasan terbesar dari ujian yang berat. Jika Allah mencintai suatu kaum, maka Allah akan memberikan cobaan kepada mereka. Barangsiapa ridho, maka Allah pun ridho. Dan barangsiapa murka (tidak suka pada cobaan tersebut, pen), maka baginya murka Allah.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah.
Janganlah kita mengira bahwa ujian hanya berupa musibah seperti bencana, sakit, miskin, bangkrut, kecelakaan, dan lain sebagainya. Akan tetapi yang namanya jabatan, kekayaan, kesenangan, kekuasaan juga merupakan ujian. Bahkan ujian tipe kedua ini seringkali lebih berat. Tidak sedikit yang bisa menghadapi ujian tipe kedua ini. Banyak orang yang diuji Allah dengan kemiskinan ia mampu menghadapinya. Ia mampu bersabar bahkan mampu menambah ibadahnya kepada Allah. Namun, begitu diberi kekayaan ia lupa dengan ibadah-ibadahnya. Ia sibuk dengan hal-hal yang bersifat dunia sehingga melupakan ibadahnya yang merupakan amal akherat.
Lantas apa bekal yang harus kita miliki untuk menghadapi ujian dari Allah? Baik berbentuk ujian kesusahan maupun ujian kenikmatan? Yang harus kita miliki adalah sabar dan taqwa.
وَإِن تَصۡبِرُواْ وَتَتَّقُواْ فَإِنَّ ذَٰلِكَ مِنۡ عَزۡمِ ٱلۡأُمُورِ ١٨٦
Artinya: “Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.” (QS. Ali-Imron:186)
Bersabar dan bertaqwa itulah kunci menghadapi ujian. Bentuk kesabaran saat menghadapi ujian kesusahan adalah dengan mengedepankan sikap ridha pada Allah atas taqdirNya, mengambil hikmah dari ujian tersebut serta berikhtiar supaya dikeluarkan dari kesulitan-kesulitan yasng dihadapinya. Sedang bentuk kesabaran terhadap ujian yang berupa kenikmatan berupa kekayaan, jabatan, kesenangan adalah dengan bersyukur dan berhati-hati agar tidak terjerumus pada hal-hal yang berlebihan, hal yang diharamkan, serta menyadari bahwa apa yang kita lakukan ada dalam pengawasan Allah SWT.
Mereka yang sabar akan menerima ganjaran pahala yang tidak terbatas dan memudahkannya untuk menjadi ahli syurga. Firman Allah S.W.T:
إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّٰبِرُونَ أَجۡرَهُم بِغَيۡرِ حِسَابٖ ١٠
Artinya: “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas” (Az-Zumar:10)
Semoga Allah memberi taufik dan kekuatan kepada kita dalam menghadapi setiap ujian.
بارك الله لى ولكم فى القرآن العظيم، ونفعنى وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم وتقبل منى ومنكم بتلاوته إنه هو السميع العليم، فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم