Oleh. Iwan Hafidz Zaini, S.HI
Hadirin Jamaah Jum’at yang berbahagia
Marilah kita senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita kepada
Allah SWT dengan menjalankan apa yang diperintah dan meninggalkan segala
larangan-larangan. Tak lupa kita harus senantiasa mengungkapkan rasa syukur
kepada Allah SWT atas segala kenikmatan yang telah diberikan kepada kita.
Utamanya Kenikmatan yang berupa rezeki atau rejeki.
Ma’asyirol Muslimin Rahimakumullah
Allah adalah Dzat Maha Pemberi Rezeki dan rezeki kita telah
dijamin dan ditentukan Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya:
وَمَا مِن دَآبَّةٖ فِي
ٱلۡأَرۡضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزۡقُهَا
Artinya: “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di
bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya.”
Sebelum kita lahir di dunia ini rezeki kita telah
ditentukan oleh Allah. Tidak hanya rezeki, tapi ajal kita, amalan kita sudah
ditentukan oleh Allah ketika malaikat meniupkan ruh ke dalam rahim. Juga hidup
kita didunia ini semua telah ditentukan oleh Allah. Bukan kita yang menentukan.
Allah yang menentukan kita hanya menerima dan berikhtiar.
نَحۡنُ قَسَمۡنَا بَيۡنَهُم
مَّعِيشَتَهُمۡ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۚ وَرَفَعۡنَا بَعۡضَهُمۡ فَوۡقَ بَعۡضٖ
دَرَجَٰتٖ لِّيَتَّخِذَ بَعۡضُهُم بَعۡضٗا سُخۡرِيّٗاۗ وَرَحۡمَتُ رَبِّكَ خَيۡرٞ
مِّمَّا يَجۡمَعُونَ ٣٢
Artinya: “Kami telah menentukan antara mereka penghidupan
mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas
sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan
sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka
kumpulkan.”
Andaikata manusia bisa menentukan penghidupannya tentulah
manusia menginginkan hal-hal yang baik atau yang indah. Manusia pasti ingin
punya wajah yang ganteng atau cantik. Mempunyai badan yang tinggi dan gagah.
Hidup bergelimang kekayaan daripada kemiskinan, dan lain-lain. Oleh karena itu,
Allah tidak menjadikan wajah elok, kekayaan, tinggi jabatan sebagai tolok ukur
kemuliaan seseorang. Allah mengukur kemuliaan dari amal sholih dan ketaqwaan.
Ma’asyirol Muslimin Jamaah Jum’ah Rahimakumullah
Seorang muslim harus berkeyakinan bahwa segala sesuatu yang
terjadi adalah takdir Allah. Jika kita berkeyakinan seperti itu maka kita akan
merasakan kebahagiaan hidup di dunia. Merupakan pemahaman yang keliru ketika
kita sudah yakin bahwa rezeki sudah ditentukan Allah kemudian kita hanya duduk
berpangku tangan tanpa ikhtiar dan usaha, bermalas-malasan. Padahal Allah telah
memerintahkan kita untuk bekerja keras tanpa harus melupakan akherat.
Firman Allah
وَٱبۡتَغِ فِيمَآ
ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلۡأٓخِرَةَۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنۡيَاۖ
وَأَحۡسِن كَمَآ أَحۡسَنَ ٱللَّهُ إِلَيۡكَۖ وَلَا تَبۡغِ ٱلۡفَسَادَ فِي
ٱلۡأَرۡضِۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُفۡسِدِينَ ٧٧
Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan
Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan
di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan” (QS. Al-Qoshosh:77)
Jika kita hidup bisa memilih, pasti kita akan memilih hidup
bergelimang harta. Akan tetapi sebagaimana yang telah saya sebutkan tadi bahwa
hidup kita telah ditentukan Allah. Seberapa banyak atau sedikit harta kita,
harus kita terima dengan lapang dada. Bukanlah banyak-sedikitnya harta yang
menjadi ukuran kebahagiaan. Namun yang menjadikan kebahagiaan adalah bila harta
tersebut diberkahi.
Ma’asyirol Muslimin Jamaah Jum’ah yang berbahagia
Harta yang berkah adalah harta yang mendatangkan kebaikan
dan bertambah. Berkah (barokah) artinya ziyadatul
khair, yakni “bertambah-tambahnya kebaikan”
Harta yang berkah akan membuat pemiliknya selalu tenang.
Harta yang berkah tidak selalu harus banyak, tapi selalu ada ketika di
butuhkan. Harta yang berkah meskipun sedikit mampu menghidupi dan mencakupi apa
saja yang dibutuhkannya. Harta yang berkah tidak saja berkah bagi pemilik
harta, tapi juga orang lain bisa ikut merasakannya. Sedikit harta tapi berkah
lebih baik daripada banyak harta namun tidak berkah. Bisa saja harta banyak
tapi kemudian dirampok. Harta banyak kemudian sakit berkepanjangan sehingga
habis untuk berobat. Nauzubillahmin dzalik.
Lantas bagaimana usaha kita agar harta atau rezeki kita
diberkahi?
Pertama, agar harta berkah adalah jika harta tersebut didapat dari
usaha yang halal.
إن الله تعالى
طيب لا يقبل إلا طيبا
“Sesungguhnya Allah Maha baik, dan tidak menerima kecuali
yang baik” (HR. Bukhari Muslim).
Hadist ini menjelaskan bahwa harta yang berkah adalah harta
yang disenangi Allah. Ia tidak harus banyak. Sedikit tapi berkah lebih baik
daripada yang banyak tetapi tidak berkah. Untuk mendapatkan keberkahan harta
harus halal. Karena Allah tidak mungkin memberkahi harta yang haram. Mencari
rezeki yang halal adalah perintah Allah. Sebagaimana firman-Nya:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ كُلُواْ مِن طَيِّبَٰتِ مَا رَزَقۡنَٰكُمۡ وَٱشۡكُرُواْ لِلَّهِ إِن
كُنتُمۡ إِيَّاهُ تَعۡبُدُونَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di
antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada
Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.” (QS. Al-Baqoroh : 172)
Allah SWT dalam surat Al Maidah ayat 100 menjelaskan bahwa
tidaklah sama kwalitas antara harta haram dengan harta halal, sekalipun harta
yang haram begitu menakjubkan banyaknya. Sekali lagi tidaklah sama antara harta
halal dengan harta haram. Harta haram dalam ayat di atas, Allah sebut dengan
istilah khabits.
قُل لَّا يَسۡتَوِي
ٱلۡخَبِيثُ وَٱلطَّيِّبُ وَلَوۡ أَعۡجَبَكَ كَثۡرَةُ ٱلۡخَبِيثِۚ فَٱتَّقُواْ
ٱللَّهَ يَٰٓأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ ١٠٠
Artinya: “Katakanlah: "Tidak sama yang buruk dengan yang
baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada
Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan"
Kata khabits menunjukkan sesuatu yang menjijikkan,
seperti kotoran atau bangkai yang busuk dan tidak pantas untuk dikonsumsi
karena akan merusak tubuh: secara fisik maupun mental. Tidak ada manusia yang
mau memakan kotoran dan yang busuk. Sementara harta halal disebut dengan
istilah thayyib,
artinya baik, menyenangkan dan sangat membantu kesehatan fisik dan mental jika
dikonsumsi.
Ma’asyirol Muslimin Jamaah Jum’ah yang berbahagia
Kedua, agar harta berkah selanjutnya adalah mengeluarkan zakatnya (jika
mencapai nisab) dan menjadikannya sebagai sarana ibadah. Zakat, infak, sedekah,
membantu sesama,
Dalam masyarakat, banyak kita jumpai orang yang hidupnya telah
mapan, bahkan kaya raya, tapi tetap saja kikir, pelit, bakhil. Bahkan semakin
kaya semakin bakhil, sehingga semakin hari semakin merasa kurang saja. Karena
merasa selalu kekurangan, ia pun enggan bersedekah. Padahal, menurut Al-Quran,
kalau kita ingin dicukupkan rezeki oleh Allah SWT, haruslah bersedia berbagi.
Dan ketahuilah bahwa sifat kikir pelit dan eman untuk menginfaqkan harta adalah
bisikan dari syetan. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 268.
ٱلشَّيۡطَٰنُ
يَعِدُكُمُ ٱلۡفَقۡرَ وَيَأۡمُرُكُم بِٱلۡفَحۡشَآءِۖ وَٱللَّهُ يَعِدُكُم
مَّغۡفِرَةٗ مِّنۡهُ وَفَضۡلٗاۗ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٞ ٢٦٨
Artinya: “Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu
dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah
menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui.”
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa makna ayat
"Syetan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan",
maksudnya: syetan menakut-nakuti kalian dengan kefakiran supaya kalian tetap
menggenggam tangan kalian, sehingga tidak menginfakkanya dalam keridhaan Allah.
Menurut Al-Jazairi, ayat "Dan menyuruh kamu berbuat
buruk" berarti syetan menyeru kalian untuk mengerjakan perbuatan
buruk, di antaranya bakhil dan kikir. Karenanya Allah Ta'ala memperingatkan
para hamba-Nya dari syetan dan godaannya, lalu mengabarkan bahwa syetan
menjanjikan dengan kefakiran, artinya: menakut-nakuti mereka dengan kemiskinan
sehingga mereka tidak mengeluarkan zakat dan shadaqah. Sebaliknya ia menyuruh
mereka untuk berbuat buruk sehingga mengeluarkan harta mereka dalam keburukan
dan kerusakan, serta bakhil mengeluarkannya untuk kebaikan dan kemaslahatan
umum. Padahal kenyataannya sebaliknya. Harta yang dikeluarkan di jalan Allah
akan mendatangkan keberkahan.
Hadirin Jamaah Jum’at yang berbahagia
Diakhir khutbah ini saya berpesan. Marilah kita mencari
rezeki Allah yang telah Allah sediakan untuk kita dengan cara yang halal agar
kita hidup diberikan keberkahan. Amin.
0 komentar:
Posting Komentar