Pokjaluh Kabupaten Boyolali berpose didepan kantor Kemenag

Bekerja profesional mengabdi kepada masyarakat

Pertemuan Ustadz-ustadzah MADIN

Pak Masud, S.Ag menyampaikan pertanyaan kepada narasumber

Seminar ESQ

Berpose bersama Narasumber Seminar ESQ

Pelantikan Pokjaluh dan FKPAI

Pelantikan Pengurus Pokjaluh dan Forum Komunikasi Penyuluh Agama Islam Kabupaten Boyolali oleh Kepala Kankemanag Kabupaten Boyolali

Anjangsana Keluarga POKJALUH

Untuk menjalin keakraban antara keluarga penyuluh mengadakan anjangsana setiap tahunnya.

Selasa, 04 Oktober 2016

MAJELIS TAKLIM WIRAUSAHA ( MTW ) AL-JIHAD KEMBANG KUNING CEPOGO



Tantangan dakwah Islam semakin hari semakin kompleks, selain dituntut untuk memberi jawaban atas masalah-masalah domestik ajaran Islam, juga ditantang untuk memberikan solusi atas beragam persoalan yang mengemuka akibat pola kehidupan yang saling terhubung satu sama lain. Saat ini telah terjadi multi krisis di masyarakat kita, dari krisis akhlak sampai krisi ekonomi, yang dapat mengakibatkan kemerosotan moral dan dikalangan anak bangsa hingga terjadinya berbagai macam tindak kriminal. Sungguh membuat miris dan prihatin. Hal ini tentu bertolak belakang dengan ajaran keagamaan yang mengajarkan perdamaian dan kasih sayang antar manusia. Namun tidak kita pungkiri banyak factor yang melatarbelakangi krisis tersebut, terutama factor ekonomi sebagai factor utama penopang roda kehidupan manusia.

Dalam sudut pandang Islam, hal pertama yang harus kita perhatikan terhadap apapun dampak krisis global adalah Allah itu bersifat ar-Razzaq yaitu yang Maha Menyediakan rezeki. Dialah yang menyebabkan harta kekayaan bertambah atau berkurang. Maka sebagai penyuluh perlu mengoptimalkan tugas pokok dan fungsinya membangun mental spiritual dan pemberdayaan ekonomi umat dengan bahasa agama melalui kelompok binaan salah satunya majelis taklim.

Majlis ta’lim sebagai pintu gerbang pendidikan Islam mau tidak mau harus menghadapi permasalahan yang muncul akibat dari multi krisis, dan dampak globalisasi. Majlis Ta’lim dituntut untuk terus dapat meningkatkan kualitas dirinya agar dapat berperan lebih besar dalam menjembatani kesenjangan yang terjadi antara kondisi nyata umat Islam dengan perkembangan dunia yang semakin maju serta menjadi agen perubahan (agent of change), membawa umat Islam menuju kondisi yang lebih maju sesuai dengan tujuan da’wah yaitu untuk mencapai masyarakat khairu ummah.

Berawal dari kegelisahan atas problematika umat khususnya bidang ekonomi dan keinginan untuk memperbaiki kondisi sosial dan ekonomi masyarakat di desa Kembang Kuning khususnya, maka pada tanggal 2  Februari 2011 dibentuklah   Majelis Taklim Wirausaha (MTW) Al-Jihad Desa Kembang Kuning Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali Provinsi Jawa Tengah dibawah binaan Penyuluh Agama Islam Fungsional Kecamatan Cepogo, Drs. Farid Ma'ruf.


Dengan mengkombinasikan metode dakwah dan wirausaha yang bergerak di bidang usaha pembuatan alat rumah tangga. Diharapkan MTW AL-Jihad menjadi solusi atas permasalahan ekonomi jamaahnya, sehingga bukan hanya peningkatan keimanan dan ketaqwaan jamaahnya tetapi Majelis Taklim ini juga mampu meningkatkan pemberdayaan ekonomi keluarganya.

Majelis Taklim terdiri dari dua akar kata bahasa Arab majlis   yang berarti tempat duduk sedangkan ta’lim berarti pengajaran. Maka secara istilah majelis taklim adalah tempat berkumpulnya orang untuk menuntut ilmu ( khususnya ilmu agama ) yang bersifat nonformal jika dilihat dari sistem pendidikan yang ada di Indonesia.

Wirausaha berasal dari kata wira dan usaha. Wira berarti pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, gagah berani. Usaha berarti perbuatan untuk mencapai sebuah tujuan. Jadi wirausaha adalah seorang yang berani berusaha secara mandiri untuk menentukan cara produksi produk baru, memasarkan serta mengatur permodalan operasinya untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai lebih tinggi.

Adapun yang dimaksud dengan majlis taklim wirausaha adalah majlis taklim yang berupaya untuk memberdayakan anggota/jamaahnya dalam bidang ekonomi. Atau singkatnya mengkombinasikan, memadukan antara dakwah dan wirausaha.

Untuk Majlis Taklim Al jIhad Kembang Kuning Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali jamaahnya berprofesi sebagai pengrajin alat rumah tangga. Sehingga Majlis Taklim ini mempunyai visi dan misi meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat, meningkatkan modal usaha dan mengembangkan area pemasaran, menfasilitasi terciptanya jejaring umat juga tentunya meningkatkan pengetahuan keagamaan jamaah.

Adapun kendala yang dihadapi para jamaah dalam mengembangkan usahanya antara lain:
a.       Minimnya produk yang dihasilkan karena alat produksi yang masih menggunakan cara tradisional.
b.      Faktor letak geografis pegunungan jalan yang terjal dan berliku dan jarak ke kota yang lumayan jauh sehingga area pemasaran terbatas .hal ini mempengaruhi hasil penjualan yang sedikit.
c.      Faktor modal / dana yang masih dari minim karena belum ada kerjasama dengan pihak bank atau koperasi sebagai pembantu permasalahan pendanaan, masih tergantung dari kondisi kantong sendiri sehingga pembelian bahan baku juga masih minim dan hal ini mempengaruhi jumlah produksi.

         Dengan terbentuknya Majlis Taklim Wirausaha Al-Jihad Kembangkuning Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali, telah diperoleh keberhasilan antara lain :

a.       Terbentuknya wadah untuk peningkatan pemahaman agama.
b.      Tali silaturohmi atau komunikasi sesama pengrajin lebih terjaga.
     c.    Sarana untuk tukar pengalaman dalam pengembangan usaha.





AGENDA KEGIATAN MTW AL – JIHAD
NO
ACARA
NARASI
WAKTU
( menit )
Petugas
1
Pembukaan
Baca salam, membaca syahadat, fatihah
5
MC
2
Zikir dan tahlil
Tawassul, Fatihah, kalimah toyyibah dan doa
20
Petugas
3
 Materi
Isian materi tentang keagamaan
30
Penyuluh
4
Tukar pengalaman
Tukar pengalaman tentang peningkatan kewirausahaan
30
Ketua Kelompok
5
Penutup
Penentuan waktu dan tempat kegiatan
5
MC




Rabu, 14 September 2016

POKJALUH ADAKAN BAKSOS IDUL ADHA


Bertema "Tebar Cinta Dengan Berkurban" Kelompok Kerja Penyuluh (POKJALUH) Kantor Kementerian Agama Kabupaten Boyolali mengadakan bakti sosial Idul Adha 1437 H pada hari Rabu, 14 September 2016 di daerah binaan Pokjaluh yaitu dukuh Mongkrong desa Jlarem kecamatan Ampel kabupaten Boyolali. Kegiatan ini bertujuan untuk menunjukkan kesadaran dan peran serta umat Islam dalam upaya mengembangkan cinta terhadap sesama dalam perwujudan taqwa kepada Allah.dan memperkokoh tali silaturahmi dengan pembagian daging qurban dan paket sembako.




Pada bakti sosial ini Pokjaluh berhasil mengumpulkan kambing 20 ekor dan 100 sembako dari berbagai donatur dan dibagikan kepada warga dukuh Mongkrong, Grogolan dan Ngaglik Desa Jlarem. Dalam sambutannya, ketua panitia Drs. H. Ali Munawar menyampaikan bahwa kegiatan ini adalah pertama kali diadakan oleh Pokjaluh Kabupaten Boyolali dan akan menjadi kegiatan rutin setiap tahunnya. Karena kegiatan ini sangat berpengaruh dalam menambah keimanan warga. 


Kasie Bimas Islam Kantor Kementerian Agama Kabupaten Boyolali, Drs. H. Mualim, M.PdI berpesan kepada warga agar menumbuhkan rasa cinta terhadap agama Islam sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim. Sehingga kebanyakan ajaran agama Islam diambil dari peristiwa Nabi Ibrahim seperti peristiwa Qurban dan Haji.


Masyarakat dukuh Mongkrong menyambut positif dan gembira atas terselenggaranya kegiatan ini dan mengucapkan terimakasih kepada Pokjaluh yang telah membantu masyarakat dalam memeriahkan Idul Qurban di daerahnya. Karena di dukuh ini tidak ada qurban ketika hari Raya Idul Adha dikarenakan kesadaran masyarakat yang kurang dalam memahami makna qurban. Semoga dengan adanya kegiatan ini masyarakat tergugah kesadarannya untuk berqurban.



POTRET KEGIATAN BAKSOS






































Minggu, 15 Mei 2016

Pawai Ta'aruf TPQ& Madin Kec. Andong











Dalam Rangka menyambut datangnya Bulan suci Ramadhan 1437 H Forum Komunikasi Penyuluh Agama Islam (FKPAI) KEC. ANDONG KAB. BOYOLALI mengadakan PAWAI TA'ARUF ANAK SHOLEH pada hari Ahad, 15 Mei 2016. Bertempat di lapangan Ampera Kacangan, Andong.

Pawai ini diikuti santri madin & tpq se-kecamatan Andong dengan peserta kurang lebih 2500 santriwan santriwati. Kegiatan ini sebagai ajang silaturahmi santri-santri dan ustadz/ustadzah.

Masyarakat menyambut dengan antusias karena event seperti ini sangat di tunggu tunggu oleh masyarakat. Hadir juga dalam acara ini  Kepala KUA Kec. Andong Drs.H. ABIDUROHMAN MM. dan Camat Andong SUCIPTO SH . Camat sangat mengapresiasi positip kegiatan ini dan berharap di tahun tahun yang akan datang bisa berkelanjutan.

Selanjutnya semoga kegiatan ini bisa merambah dan menjadi tolok ukur bagi perkembangan dunia pendidikan keagamaan. Juga tercipanya generasi yang sholeh dan sholekhah.


Rabu, 04 Mei 2016

BIMBINGAN AKHLAK DALAM KELUARGA AWAL GENERASI YANG BERKUALITAS



Oleh. Drs. H. Ali Munawar

BAB I
PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang Masalah
            Kehidupan modern sekarang ini mengakibatkan terjadinya pergeseran peradaban yang jika tidak kita sikapi dengan bijaksanaan dan berpedoman kepada ajaran Islam maka kita dapat tergelincir ke dalam permasalahan-permasalahan yang rumit dan mengakibatkan kita berada dalam lubang kehancuran.
          Generasi muda dan anak-anak penerus bangsa apabila tidak kita bimbing dengan penuh kesabaran dan pengetahuan agama maka apa yang akan terjadi pada nasib generasi muda dan anak-anak kita kelak.
Kita sebagai orang tua berkewajiban secara penuh untuk membimbing anak-anak muda generasi penerus bangsa agar menjadi anak-anak generasi bangsa yang agamis yang mampu menghadapi jaman modernisasi dengan penuh tanggug jawab dan sesuai dengan ajaran-ajaran agam islam.
Dalam sebuah ayat Al-Qur’an Allah SWT berfirman
وَلۡيَخۡشَ ٱلَّذِينَ لَوۡ تَرَكُواْ مِنۡ خَلۡفِهِمۡ ذُرِّيَّةٗ ضِعَٰفًا خَافُواْ عَلَيۡهِمۡ فَلۡيَتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡيَقُولُواْ قَوۡلٗا سَدِيدًا ٩
       Dan hendaklah kamu takut kepada Allah sekiranya kamu meninggalkan dibelakang kamu keturunan kamu yang yang lemah dan bertaqwalah kamu kepada Allah dan berkatalah kamu dengan perkataan yang benar.

                 Dari ayat tersebut dapat kita pahami bahwa kita hendaknya takut jika kita meninggalkan anak-anak kita dan generasi penerus bangsa kita dalam keadaan lemah baik dalam keadaan lemah pola pikir dan lemah dalam hal bimbingan dan pembinaan agama, maka membimbing dan membina anak-anak dan generasi penerus perjuangan bangsa adalah kewajiban kita bersama.
      Sekarang ini sangat minim sekali tempat-tempat kegiatan keagamaan bagi anak-anak di luar sekolah yang seharusnya menjadi tempat belajar Al-Qur’an bagi anak-anak juga sangat minimnya jumlah atau prosentase pendidikan bagi anak dalam jam-jam pelajaran sekolah maka dari itu sangat memprihatinkan sekali dimana arus modernisasi sudah terlalu jauh berkembang tapi anak-anak kita generasi penerus perjuangan bangsa tidak mengimbanginya dengan mental agama yang baik sehingga pada akhir-akhir ini banyak terjadi kekerasaan seksual yang dilakukan oleh anak-anak padahal usia mereka masih berada dalam usia sekolah, adanya geng motor yang meresahkan warga dan berbuat kerusuhan.
       Dan tidak kalah mencengangkan akhir-akhir ini terjadinya tawuran pelajar yang mengakibatkan korban meninggal di manapun tidak di Jakarta juga terjadi kota Yogyakarta yang identik dengan kota pelajar. Ini mengindikasikan bahwa sudah  atau kurangnya penanaman modal agama bagi anak-anak generasi penerus perjuangan bangsa kita sehingga mereka berbuat brutal dan jauh dari ajaran-ajaran Islam lagi terjadinya, maka dari itu kita wajib mengerahkan tenaga dan pikiran kita untuk membimbing membina anak-anak generasi penerus perjuangan bangsa kita agar mereka dapat mengikuti perkembangan arus modernisasi tapi dengan dibarengi dengan mental agama yang kuat.

B.       Identifikasi masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dijabarkan diatas kita dapat mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1.      Keluarga merupakan awal terbentuknya generasi muda yang kuat dan tangguh
2.      Sekarang ini banyak sekali keluarga / orang tua tidak memberikan pendidikan / bimbingan agama bagi anak-anaknya
3.      Banyak terjadinya perbuatan-perbuatan amoral yang dilakukan anak-anak generasi penerus bangsa

C.      Rumusan Masalah

       Dari latar belakang masalah diatas dapat kita rumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.    Bagaimanakah bimbingan akhlak dalam keluarga sebagai awal generasi yang berkwalitas dapat tercapai?
2.    Usaha-usaha apakah yang dapat kita capai untuk mewujudkan   keluarga yang yang dapat menciptakan generasi yang berkwalitas?
3.    Bagaimanakah peranan pemerintah untuk memberikan bimbingan dan  pembinaan bagi anak-anak sebagai generasi penerus bangsa.
D.           Tujuan
     Tujuan dibuat makalah ini adalah :
1.      Untuk memberikan pemahaman dan pengertian kepada masyarakat betapa pentingnya keluarga menjadi awal pendidikan/bimbingan akhlak bagi putera puteri mereka untuk menyongsong kehidupan agar menjadi anak yang sholeh dan sholehah.
2.      Untuk memberikan wawasan dan kesadaran masyarakat bahwa bimbingan kepada anak yang paling penting adalah bimbingan akhlak yang dimulai dari sejak dini.
3.      Untuk memberikan masukan kepada masyarakat dan pemerintah untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan keagamaan dan kegiatan-kegiatan sosial keagamaan.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    KERANGKA TEORITIK
Menurut M.Yusuf Qardhawi, Bimbingan/pendidikan diartikan Bimbingan/pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan ketrampilannya.[1]
Sedangkan menurut Zakiyah Darajat dkk dalam bukunya berjudul ilmu bimbingan/pendidikan Islam “Bimbingan Islam suatu usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak  agar nantinya dapat memahami apa yang terkandung di dalam Islam secara keseluruhan, menghayati makna dan maksud serta tujuannya dan pada akhirnya dapat mengamalkannya serta menjadikan ajaran-ajaran agama Islam yang telah dianutnya itu sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan keselamatan dunia dan akhiratnya kelak”.[2]
Keluarga adalah bentuk masyarakat kecil yang terdiri dari beberapa individu yang terikat oleh suatu keturunan yakni kesatuan antara ayah, ibu dan anak yang merupakan kesatuan kecil dari bentuk-bentuk kesatuan masyarakat.[3]
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa bimbingan/ pendidikan akhlak Islam adalah suatu bimbingan yang ditujukan kepada anak agar nantinya dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam dengan baik dan benar menuju keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat.
Jadi Bimbingan Islam yang dimaksud di sini adalah bimbingan yang didalamnya berusaha membimbing jasmani dan rohani anak didik sesuai dengan ajaran Islam untuk difahami, dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga akan terbentuk keluarga Islam guna kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
II. Dasar dan Tujuan Bimbingan Akhlak
1. Dasar Bimbingan Akhlak
         Agama merupakan dasar utama yang dijadikan sebagai sandaran mengapa pendidikan akhlak bagi anak itu sangat urgen. Karena anak sebagai salah satu anggota keluarga yang harus dijaga, dipelihara agar terhindar dari api neraka, melalui bimbingan didikan akhlak kepadanya diharapkan terwujud anak yang baik, saleh atau salihah sehingga ia terbebas dari api neraka. Dalam hal ini Allah berfirman dalam Al-Qur’an yang dijadikan sumber hukum pertama dalam ajaran Islam. Surat At-Tahrim ayat 6 yang berbunyi :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارٗا
      “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka ...“ (Q.S At-Tahrim : 6 )[4]
     Disini anak sebagai buah hati, tidak hanya sebagai penyenang hati atau menghilangkan kesusahan namun anak merupakan amanah Allah SWT untuk dititipkan pada ayah dan ibu. Sebagai orang tua wajib mendidiknya, anak yang selalu bertakwa kepada Allah SWT dan selalu beramal soleh baik ketika dalam keadaan senang maupun susah, baik sendiri maupuan orang banyak. Sehingga dengan akhlak yang baik akan disegani oleh semua anggota masyarakat dan akat menjunjung tinggi nama baik keluarga.
                  Bimbingan akhlak bila dikaitkan dengan pendidkan dituangkan dalam undang-undang,
Adapun dasar pendidikan akhlak dalam pelaksanaannya disebutkan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) No. 20 tahun 2003, pada bab II pasal 3 dinyatakan bahwa :
“Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”[5]
            Dalam  psikologi perkembangan dijelaskan bahwa pada awal sampai akhir masa kanak-kanak emosinya sangat kuat. Masa ini merupakan saat ketidakseimbangan karena anak-anak “keluar dari fokus” dalam arti bahwa ia mudah terbawa ledakan-ledakan emosional sehingga sulit dibimbing dan diarahkan. Begitu juga perkembangan moral pada awal masa kanak-kanak masih dalam tingkat yang rendah. Hal ini disebabkan karena perkembangan intelektual anak-anak belum mencapai titik dimana ia dapat mempelajari atau menerapkan prinsip-prinsip abstrak tentang benar dan salah. Ia juga belum mempunyai dorongan untuk mengikuti perarturan-peraturan karena belum mengerti manfaatnya sebagai anggota kelompok masyarakat.[6]
                Dengan adanya pernyataan di atas, maka pendidikan akhlak mulai dari awal (dalam keluarga) sampai akhir masa anak-anak harus diutamakan. Pendidikan anak usia 0 – 7 tahun pada dasarnya adalah berupa pembentukan kebiasaan yang baik. Mulai dari bangun tidur hingga waktu tidur berikutnya, anak-anak memperoleh dari apa-apa yang dilihat, dipikir dan dikerjakannya. Dengan demikian jika dalam kesehariannya ia melihat yang baik, melalui perlakuan yang ramah dan pembiasaan untuk mengerjakan yang baik, diperkirakan akan menyebabkan terbiasa kepada hal-hal yang baik pula.[7]
               Membimbing akhlak anak itu sangat penting dan sangat utama agar terjaga dari kesengsaraan dunia dan kesengsaraan akhirat. Supaya bertahan sebagai makhluk “ Ahsani Taqwim “ (sebaik-baik kejadiannya).

1.      Tujuan Bimbingan Aklak

Tujuan adalah suatu perubahan yang sangat diharapkan oleh seseorang setelah mengalami proses pendidikan, baik pada tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya maupun kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya.
     H. Mahmud Yunus mengatakan bahwa tujuan pendidikan akhlak bagi anak adalah membentuk putra-putri yang berakhlak mulia, berbudi luhur, bercita-cita tinggi, berkemauan keras, beradap sopan santun, baik tingkah lakunya, manis tutur bahasanya, jujur dalam segala perbuatannya, suci murni hatinya.[8]
Menurut al-Ghazali bahwasanya tujuan latihan moral sebagai wujud pendidikan akhlak bagi anak ialah :
a.    Membawa jiwa kembali menempuh jalan pertengahan, Yang dimaksud pertengahan di sini adalah jalan yang diperintahkan syari’ah.[9]
b.    Untuk menenamkan benih pekerti tertentu yang memungkinkan mereka jika dewasa nanti menghayati kehidupan yang bahagia dan saleh yang akan menjamin kebahagiaan di akhirat kelak.
c.    Melindungi anak dari bahaya api di dunia dan perlu lagi menyelamatkan anak dari api neraka di akhirat.
3.  Materi bimbingan akhlak
             Sebagaimana telah kita ketahui bahwa akhlak merupakan perilaku  dalam kerangka yang luas, berakhlak berarti “hidup untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam”. Artinya, hidup berguna bukan hanya untuk umat Islam, tetapi untuk seluruh umat manusia dan alam sekiotarnya. Bentuk yang kongkrit adalah hormat dan santun kepada orang tua, guru, sesama manusia, terutama pada penciptanya yaitu Allah SWT dan para utusannya.
              Sebagai pegangan dalam mendidik akhlak kepada anak dalam keluarga, dan keturunannya perlu ditanamkan :
a. Ahklak anak terhadap Khaliq (Allah SWT)
Akhlak kepada Allah SWT dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada tuhan sebagain Kholiq.[10] Sedangkan titik tolak akhlak kepada Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah.[11]
Banyak cara yang dapat dilakukan dalam berakhlak kepada Allah. Dalam hal ini bentuk nilai-nilai yang perlu ditanamkan dalam keluarga terhadap anak-anak / putra putri terutama hubungannya berakhlak kepada Allah antara lain :
1). Taqwa kepada Allah
     Tugas utama orang tua untuk menjadikan anak-anaknya atau putra-putri sebagai hamba yang benar-benar bertakwa kepada Allah SWT, dapat dilakukan dengan cara mengajak mereka melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
     Kemuliaan seseorang disisi Allah yang paling takwa, sebagai mana disebutkan dalam Al-Qur’an surat al_Hujurat ayat 13 yang berbunyi :
إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٞ ١٣
.“.. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”[12]

2). Cinta dengan ikhlas kepada Allah SWT
     Dalam mendidik anak-anak agar selalu mencintai Allah sebagai khaliknya maka cara yang dilakukan adalah mengenalkan dan mengajak mereka untuk selalu menyebut atau membaca kalimah-kalimah Allah seperti bacaan :
Tasbih   : (Maha suci Allah)
Tahmid  : (segala puji bagi Allah)
Tahlil     : (Tiada Tuhan selain Allah)
Takbir    : ( Allah maha besar)
Tabarri : (Tiada daya kekuatan melainkan pertolongan Allah).
        Cara lain dengan mengajak mereka untuk memikirkan segala karunia Allah SWT. Seperti diberi mata untuk melihat isi dunia, bernafas yang gratis dan memikirkan lingkungan alam sekitar bahwa semua itu adalah kekuasaan Allah yang perlu disukuri dan dijaga sebaik mungkin. Allah memerintahkan akan hal itu melalui firmannya al-Qur’an surat al-A’raf ayat 74;


 ... ( (#ÿrãà2øŒ$$sù uäIw#uä «!$# Ÿwur (#öqsW÷ès? Îû ÇÚöF{$
فَٱذۡكُرُوٓاْ ءَالَآءَ ٱللَّهِ وَلَا تَعۡثَوۡاْ فِي ٱلۡأَرۡضِ مُفۡسِدِينَ ٧٤
# šúïÏÅ¡øÿãB ÇÐÍÈ
 “Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan”.[13]
3).  Husnudzan  (Berbaik sangka)  kepada Allah
4).  Bersyukur dan Qona’ah atas nikmatnya.
5). Khusyu dan Tadlorru’
6).  Sabar dan tawakkal kepada Allah
7).  Malu (Haya’) kepada Allah
          b. Akhlak  terhadap sesama manusia meliputi :
    1).  Akhlak kepada Rasulullah saw
         Rasulullah yakni Nabi Muhammmad saw sebagai manusia yang sempurna diutus untuk menjadi pengarah, pembimbing umat manusia menuju jalan Allah serta sebagai suritauladan untuk dicontoh.
              Dalam hal ini sebagai orang tua atau pendidik wajib mengenalkan pada anak bahwa siapakah Rasulullah itu dan menanamkan pada diri anak agar berakhlak yang baik khusususnya pada Rasulllah dengan melaksanakan antara lain :
a). Menerima ajaran yang dibawanya, sebab Allah menganjurkan melaluifirmanNya  dalam al-Qur’an surat Al-Hasyr ayat 7 :
!$# (
وَمَآ ءَاتَىٰكُمُ ٱلرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَىٰكُمۡ عَنۡهُ فَٱنتَهُواْۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۖ

Artinya : ... apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah....(Q.S al-Hasyr : 7)[14]
b)  Mengikuti sunahmya, sebagai umatnya agar diakui oleh beliau. Hendaknya mengikuti jejaknya baik dalam ibadah maupun mencontoh akhlaknya.
c).  Mengucapkan salam dan shalawat kepada Rosulullah.
     Terhadap anak atau siswa diajarklan untuk cinta kepada Allah, mencintai rosulluh, wujud dari cinta tersebut anak selalu diajak mengucapkan salam dan shalawat kepada beliau, sehingga nanti mendapat syafa’at di hari kiamat. Allah berfirman dalam surat al-Ahzab ayat 56 :
إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِيِّۚ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ صَلُّواْ عَلَيۡهِ وَسَلِّمُواْ تَسۡلِيمًا
Artinya :  Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (Q.S al-Ahzab : 56)[15]
             Bershalawat artinya: kalau dari Allah berarti memberi rahmat, dari malaikat berarti memintakan ampunan dan kalau dari orang-orang mukmin berarti berdoa supaya diberi rahmat seperti dengan perkataan : Allahumma shalli ala Muhammad. dengan mengucapkan perkataan seperti : Assalamu'alaika ayyuhan Nabi artinya: semoga keselamatan tercurah kepadamu hai nabi.
2)   Akhlak anak kepada kedua orang tua
Islam mengajarkan prinsip-prinsip akhlak yang p[erlu ditunaikan oleh anak kepada orang tuanya, antara lain :
a.       Menghormati
Anak sudah semestinya mempunyai kewajiban terhadap orang tua didalam ajaran Islam menghormati orang tua adalah kewajiban.
Sebagaimana Firman Allah dalam surat: Al Isra’ : 23-24
۞وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعۡبُدُوٓاْ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ إِحۡسَٰنًاۚ إِمَّا يَبۡلُغَنَّ عِندَكَ ٱلۡكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوۡ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفّٖ وَلَا تَنۡهَرۡهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوۡلٗا كَرِيمٗا ٢٣ وَٱخۡفِضۡ لَهُمَا جَنَاحَ ٱلذُّلِّ مِنَ ٱلرَّحۡمَةِ وَقُل رَّبِّ ٱرۡحَمۡهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرٗا ٢٤
“ Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan    menyembah selain Allah dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, jika sampai kepadamu usia lanjut salah satu dari keduanya atau kedua-duanya maka jangan mengucapkan perkataan ah dan jangan membentak keduanya dan berkatalah kepada keduanya dengan perkataan yang mulia. Dan rendahkan olehmu terhadap mereka dan katakanlah Ya Tuhan kami, kasihanilah mereka berdua sebagaimana mereka mendidikku sejak kecil”
b). Patuh : Mematuhi semua perintah orang tua. Patuh di sini berbakti dan  bersyukur kepada ibu bapak, namun tidak boleh mematuhi perintah keduanya supaya mempersekutukan Allah atau hal-hal yang melanggar syariat
c). Ihsan : berbuat baik kepadanya, memberikan kesenangan kepada keduanya seperti memberi nafkah dan keperluan lain. Allah berfirman dalam surat Al-Isra’ ayat 23
           
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,”[16]
            mengucapkan kata ah kepada orang tua tidak dibolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu.
d).Perkataan yang lemah lembut : Memenuhi panggilannya, Berbicara kepada keduanya dengan suara lirih (lembut), tidak boleh membantah. Hal ini diperingatkan Allah dalam firmannya al-Qur’an surat al-Isra’ ayat 23 :
Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”[17]
e). Merendah diri : Sebagaimana diperintahkan Allah melalui firman-Nya dalam al-Qur-an Surat al-Isra’ ayat 24 :

    Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan
 f). Berterima kasih kepada kedua orang tua terutama pada ibu yang bersusah   payah melahirkan, menyusui dan memberi kasih sayang.
 g). Memohon rahmat dan maghfiroh

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil"[18].( Al Isro’ ; 24)
3). Akhlak Anak kepada Tetangga dan Masyarakat
          Hal-hal yang yang perlu ditanamkan antara lain :
a)      Tidak menyakiti tetangga
b)      Melindungi Tetangga
c)      Berbuat baik kepada tetangga
d)     Ikut menanggung penderitaan tetangga
e)      Mengucapkan salam ketika bertemu
f)       Menjenguknya ketika sakit
g)      Menolongnya ketika susah.
h)      Memenuhi undangannya.
i)        Memberikan ucapan selamat ketika mendapat anugerah,  kebahagiaan serta    pada hari raya sebagaimana layaknya di masyarakat.

4).   Akhlak anak terhadap diri sendiri
     Bentuk-bentuk akhlak yang perlu ditanamkan  antara lain :
     a). Menjaga lahir dan batin
     b). Menjaga batin jangan musrik
     c). Harus menutupi keaiban diri.
d). Mempunyai sifat shiddiq (benar), amanah (terpercaya),  adil, jujur.
     e). Bergaul dengan orang yang baik akhlaknya.
     f). Menjauhkan sifat-sifat jelek seperti : Pemalas, penakut, putus  asa,  riya’ takabbur dan lain-lainnya.

                                                          BAB III
PEMBAHASAN
  
                   Dalam konteks dunia global konsepsi dan persepsi tentang rumah tangga/keluarga telah mengalami pergeseran dan orientasi dan interpretasi. Hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh era globalisasi yang terlalu sarat dengan transformasi yang bersifat material dan ekonomis bahkan tidak jarang terjadi keluarga sakinah yang semestinya religius mengalami distorsi dan ambivalen
            Menurut alvin Toffler diantara masalah kejutan masa depan dalam kehidupan masarakat modern ialah munculnya gejala keluarga yang berantakan atau keluarga yang berpecah-pecah. Gejala drama keluarga ini ditandai antara lain oleh gerombolan anak-anak nakal yang kian meningkat, ratusan ribu remaja yang lari dari rumah, kehidupan suami istri yang terombang-ambing dan terlibat
           Dalam konflik yang serius antara komitmaen pada karir dan dengan tuntutan memelihara dan membesarkan anak-anak, keluarga inti yang semakin mengecil  dan cenderung individualistik karena kehawatiran yang tidak mampu untuk merawat anak dan melanggengkan harmoni kehidupan, keterasingan dan kesepian dalam kehidupan para anggota keluarga akibat mobilitas yang berlebihan dan berbagai gejala inkonvensional dalam konflik keluarga yang melahirkan ancaman kepunahan kehidupan keluarga sebagaimana norma kehidupan keluarga tradisional.
             Dalam kehidupan modern yang sarat menimbulkan kejutan budaya, keluarga sesungguhnya memiliki fungsi sebagai basis penangkal perubahan yang negatif, keluarga menurut toffler dapat berfungsi laksana raksasa peredam kejutan yakni tempat berteduh setiap individu (anggota keluarga) yang babak belur dan kalah dalam pertaruhan hidup diluar.
Dalam bahasa Islam keluarga berfungsi sebagai surga atau taman indah tempat setiap anggota keluarga menikmati kebahagiaan hidup dan menjadi penangkal gelombang kehidupan yang keras, keluarga adalah tiang utama ykehidupan, karena dari situ sebuah komunitas peradaban dan budaya dibangun. Islam adalah agama yang menitik beratkan pada soliditas dan kekompakan kolektif masyarakat, akan tetapi kekompakan kolektif tidak dapat terbangun tanpa adanya kekuatan individual pada anggota masyarakat, pada setiap keluarga, pada setiap orang dalam keluarga itu. Disinilah peran pilar utama keluarga ayah dan ibu mutlak diperlukan,     ketika anggota keluarga ayah-ibu tidak dapat menjalankan fungsinya masing-masing. Islam telah menggariskan bahwa masing-masing anggota keluarga mempunyai peran penting dalam keluarga, seorang suami adalah nahkoda dari sebuah rumah tangga, hal ini sesuai dengan firman Allah:
ٱلرِّجَالُ قَوَّٰمُونَ عَلَى ٱلنِّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بَعۡضَهُمۡ عَلَىٰ بَعۡضٖ
kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita)” An-Nisa :34.

              Sedangkan istri memunyai peran yang penting dalam membantu dan mendampingi suami dalam mengurusi rumah tangga, termasuk dalam bimbingan dan pendidikan bagi anak-anaknya (al-ummu madrosatul ula)
              Dibawah ini kami ketengahkan beberapa langkah yang insya Allah membantu harapan orang tua untuk menciptakan anak-anak generasi penerus bangsa;
1.        Pemahamn orang tua atau anak yang sholeh harus benar-benar sesuai al-Qur’an dan As-sunnah,Rosululloh saw bersabda yang artinya:
 jika wafat anak cucu adam maka terputuslah amal-amalna kecuali 3 aitu: sodakoh jariyah ilmu yang bermanfaat dan doa  anak ang sholeh.
Dan untuk mencetak pribadi anak yang muslim harus ditanamkan pendidikan dasar  agama yaitu mengenai akidah sebagai pondasi dasar dari keyakinan dan keimanan yang tumbuh dalam jiwa seorang anak,dengan cara memperkenalkan pada ilmu keesaan Tuhan dengan sifat-sifatnya.
2.        Menciptakan lingkungan yang baik ke arah terciptanya anak yang sholeh ( lingkungan keluaga, lingkungan sekolah lingkungan masyarakat)
            Namun karena tuntutan jaman yang semakin menuntut maka tak jarang sekali kita jumpai para ibu dan seorang istri ikut bekerja keluar rumah ikut mencari nafkah bagi kelangsungan kehidupan berumah tangga,tapi yang dikorbankan adalah putera puteri mereka yang tidak sepenuhnya mendapatkan kasih saang, perhatian, bimbingan dari orang tua mereka sendiri.
            Kita sebagai hamba Allah yang kita diperintahkan untuk saling nasehat menasehati dalam kebaikan dan ketaqwaaan maka kita perlu untuk memikirkan hal tersebut, ketika para orang tua sudah disibukkan dengan pekerjaan mereka untuk mencari nafkah kita tidak berpangku tangan dengan hal itu. Kita berupaya dengan daya dan upaya agar anak-anak generasi perjuangan bangsa ini mendapatkan bimbingan keagamaan dengan kita mengadakan kegiatan keagamaaan yang ditujukan kepada anak-anak maupun generasi muda, juga seyogyanya para orang tua membantu mendukung pada kegiatan keagamaan (TPQ, Madrasah Diniyah dan Majlis Taklim) yang ditujukan kepada anak-anak maupun generasi muda.

BAB IV
KESIMPULAN

           Apabila dalam keluarga terdapat suasana keagamaan yang baik (Akhlak al karimah), dimana ibu dan  bapak hidup penuh kasih sayang dan menjaga sopan santun, sikap dan tindakan sesuai dengan agama, maka sejak lahir anak mendapatkan unsur-unsur positif melalui pengalaman yang dilihat dan didengarnya dari ibu dan bapaknya.
      Dengan akhlak  diajarkan sedini mungkin pada anak di dalam keluarga, maka akan terwujud keluarga sakinah, seperti yang dikemukakan oleh Abu Ridho : “ Faktor agama sangat menentukan keluarga sakinah, untuk mencapai keluarga hanya dengan satu caranya yakni dengan menciptakan kondisi rumah tangga yang religius”[1]
     Dengan demikian penulis berpendapat, untuk menjadikan anak yang berakhlak atau bermoral, menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan tercela atau perbuatan-perbuatan yang menyalahi norma-norma agama adalah dengan bimbingan akhlak atau agama sejak dini dalam keluarga atau bapak dan ibunya.
      Runtuhnya intuisi keluarga ternyata berakibat kepada rusaknya masyarakat, oleh karena itu berbagai upaya harus dilakukan dalam rangka pemberdayaan keluarga, yakni dengan mengfungsikan keluarga untuk membentuk generasi yang beriman, bertaqwa, dan berakhlakul karimah serta terpenuhinya material dan spiritual. Hal ini sesuai dengan Sabda Rasulullah SAW  sebagai berikut :

اتق الله حيثما كنت واتبع السيئة الحسنة تمحوها  وخا لق النس بخلق حسن (رواه الترميذي وقال حديث حس)
      Artinya : Bertakwalah kamu kepada Allah, dimanapun kamu berada . Ikutilah perbuatan jahat itu dengan perlakuan baik, niscaya perbuatan baik itu bisa menghapusnya. Dan bergaullah kamu sesama manusia dengan budi pekerti yang baik[2] (HR Tirmidzi)
              Akhirnya diperlukan pembinaan penyuluhan keagamaan dalam sebuah keluarga terutama ibu, dari ibulah awal anak mengenal dunia luar. Oleh karena itu diperlukan keluarga yang berkwalitas yang menjadi dasar kualitas generasi yang selanjutnya.
Namun diluar bapak/ibu tugas memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat adalah tugas kita bersama juga menjadi tugas pemerintah sehingga semua elemen masyarakat dapat bersatu seia sekata dapat memberikan tugas mereka sebagai orangtua dengan optimal sehingga cita-cita untuk menjadikan generasi yang qurani generasi yang kuat dan dapat menghadapi arus perkembangan jaman dengan keseimbangan antara arus modernisasi tapi tetap berpedoman Al-Qur’an dan sunnnah Nabi.Usaha-usaha yang dapat kita capai untuk mewujudkan keluarga yang sakinah sehingga menjadikan anak-anak yang berkwalitas anatara lain:
1.      Mengadakan penyuluhan kepada sekolah-sekolah betapa pentingnya mengajarkan bimbingan moral kepada siswa-siswa didik sehingga menjadi anak didik yang berprestasi dan berakhlak mulia.
2.      Mengadakan Program Keluarga sakinah yang ditujukan kepada keluarga produktif yang diharapkan peserta program keluarga sakinah mampu mendidik membimbing putera puteri mereka ke arah yang baik dan sesuai dengan ajaran agama
3.      Mendirikan program-program pembelajaran keagamaan di luar bagi anak-anak usia sekolah ( Madin TPQ) sehingga anak-anak dapat terhindarkan dari kegiatan-kegiatan yang tidak bermanfaat, mereka dapat bersosialisasi dengan teman-teman mereka tapi juga memperoleh pendidikan keagamaan.
4.      Mengadakan kegiatan-kegiatan keagamaan bagi anak usia remaja dengan mendirikan kelompok remaja masjid atau karang taruna sehingga mereka dapat berperan aktif dalam lingkungan sekitarnya.
5.      Mengaktifkan dan menggerakkan organisasi keagamaan seperti IPNU IPPNU, Fatayat, Muslimat, Nasyiatul Aisiyah, IRM, Pemuda Muhammadiyah, dll sehingga diharapkan remaja maupun muda mudi dan masyarakat dapat berperan aktif dalam memajukan agama Islam melalui organisasi keagamaan.
                    Pemerintah sekarang ini masih tidak atau belum memperhatikan sepenuhnya kegiatan dan organisasi keagamaan yang ada di tengah-tengah masyarakat.
                Sejauh ini pemerintah belum bisa mengoptimalkan peran dan fungsi kegiatan keagamaan yang ada di masyarakat, ini dibuktikan dengan belum terjadinya secara baik antara kegiatan dan organisasi keagamaan di masyarakat. Setiap kegiatan kegiatan organisasi keagamaan dan kegiatan keagamaan belum terjadi/ada koordinasi dengan pemerintah secara keseluruhan, setiap kegiatan-kegiatan dan organisasi keagamaan masih berjalan secara mandiri dan masih sebatas berjalan tanpa adanya perlindungan.


[1] Azyumardi Azra,  Pendidikan Islam;tradisi dan modernisasi menuju MIllennium   baru, (Jakarta:Logos Wacana Ilmu, 2002), hlm.5
[2] Zakiyah Darojat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, hlm.88.
[3] Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan,, hlm.277. 
[4] Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahannya. Hlm 951 
[5] Departemen Pendidikan Nasional, “ Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional”, No 20, th 2003, ( Jakarta : Sinar Grafika, 2003), cet I hlm 5. 
[6] Elisabeth Hurlock, Develomental Psycology”, terj. Istiwidayanti & Soedjarwo, (Jakarta:Erlangga, 1999) cet, VII hlm. 114
[7] Jalaludin, “Mempersiapkan Anak Saleh”, (Jakarta PT Raja Grafindo Persada, 2000), cet. III hlm 117 
[8] Mahmud Yunus, “Pokok-Pokok Pendidikan dan  Pengajaran” (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1978), cet II, hlm. 13
[9] J Muhyidin, “Etika Al-Ghozali”,( Bandung : Pustaka, 1988), cet I hlm. 89 
[10] H. Husni Rahim, “Pendidikan Agama dan Akhlak bagi Anak dan Remaja”, (Jakarta/Ciputat: PT Logos Wacana Ilmu,2002) cet, I hlm 45.
[11] M. Quraish Shihab,”Wawasan Al-Qur’an”(Bandung: Mizan, 2000) cet. X hlm. 261 
[12] Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang : CV Toha Putra 1989) edisi revisi hlm. 847 
[13] Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang : CV Toha Putra 1989) edisi revisi hlm. 233 
[14] Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang : CV Toha Putra 1989) edisi revisi hlm. 916
[15] Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang : CV Toha Putra 1989) edisi revisi hlm. 678 
[16] Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang : CV Toha Putra 1989) edisi revisi hlm. 678
[17] Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang : CV Toha Putra 1989) edisi revisi hlm. 678 
[18] Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang : CV Toha Putra 1989) edisi revisi hlm. 678


Diberdayakan oleh Blogger.