Pokjaluh Kabupaten Boyolali berpose didepan kantor Kemenag

Bekerja profesional mengabdi kepada masyarakat

Pertemuan Ustadz-ustadzah MADIN

Pak Masud, S.Ag menyampaikan pertanyaan kepada narasumber

Seminar ESQ

Berpose bersama Narasumber Seminar ESQ

Pelantikan Pokjaluh dan FKPAI

Pelantikan Pengurus Pokjaluh dan Forum Komunikasi Penyuluh Agama Islam Kabupaten Boyolali oleh Kepala Kankemanag Kabupaten Boyolali

Anjangsana Keluarga POKJALUH

Untuk menjalin keakraban antara keluarga penyuluh mengadakan anjangsana setiap tahunnya.

Senin, 21 September 2015

KHUTBAH IDUL ADHA ==> PELAJARAN IDUL ADHA

Oleh. Iwan Hafidz Zaini, S.HI

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ   اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ   اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ
اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ. الْحَمْدُ للهِ الْقَائِلِ فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ (لَن يَنَالَ ٱللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ ٱلتَّقۡوَىٰ مِنكُمۡ

أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ



Ma’asyirol muslimin jamaah sholat idul adha yang berbahagia
Sebelumnya marilah kita senantiasa meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah, Swt. Serta tak lupa kita senantiasa memanjatkan syukur kepada Allah atas segala nikmat yang telah diberikan kepada kita. Khususnya di pagi hari ini kita masih diberi kenikmatan berupa hari raya Idul Adha atau hari raya qurban.
Hadirin kaum muslimin muslimat yang dimulyakan Allah SWT
Pagi hari ini kita mengagungkan asma Allah. Semua menampakkan kegembiraan , lakilaki, perempuan, tua muda semua keluar dari rumahnya untuk melaksanakan sholat Idul Adha. Idul Adha mengingatkan kita pada sebuah peristiwa bersejarah yang mengandung pelajaran yaitu perjuangan Nabi Ibrahim. Sejarah Rasul yang berjuluk “khalilullah” kekasih Allah tersebut ditulis dengan tinta emas dibukubuku bersejarah. Sikap tabah dan teguh dalam melaksanakan perintah Allah menjadikan Nabi Ibrahim menjadi uswatun hasanah , panutan yang baik.
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa hari raya qurban atau Idul Adha bersumber dari kisah Nabi Ibrahim dan putranya, Ismail. Sejarah dan riwayat tentang qurban ini tidak hanya menjadi dongeng-dongengan, atau pun cerita pengantar tidur. Akan tetapi, cerita yang ada dalam Idul Qurban ini bisa menjadi tauladan, contoh dan pelajaran bagi semua umat manusia.
Firman Allah:
وَتِلۡكَ ٱلۡأَمۡثَٰلُ نَضۡرِبُهَا لِلنَّاسِۖ وَمَا يَعۡقِلُهَآ إِلَّا ٱلۡعَٰلِمُونَ ٤٣
Begitu juga sejarahnya Nabi Ibrahim AS yang memperoleh perintah dari Allah supaya menyembelih putranya Ismail terdapat pelajaran bagi umat manusia.
Kenapa Nabi Ibrahim yang menjadi contoh? Bukan Nabi yang lain? Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa Allah mengutus 313 Rasul dan 124.000 Nabi. Dan salah satu Nabi yang menjadi panutan yaitu Nabi Ibrahim AS.
قَدۡ كَانَتۡ لَكُمۡ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ فِيٓ إِبۡرَٰهِيمَ وَٱلَّذِينَ مَعَهُ

Artinya: “Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia.. (QS. Al-Mumtahanah:4)

Ma’asyirol muslimin jamaah sholat Idul Adha rahimakumullah

Kenapa Allah memerintahkan Nabi Ibrahim supaya menyembelih putra tercintanya Ibrahim? Padahal ketika Nabi Ibrahim belum dikaruniai putra beliau bernadzar, “Jika aku mempunyai putra maka anakku akan aku qurbankan, saya sembelih bila diperintahkan Allah.”
Setelah dalam waktu yang lama Nabi Ibrahim selalu minta kepada Allah supaya dikaruniai anak, akhirnya doa Nabi Ibrahim diijabahi Allah mempunyai putra yang diberi nama Ismail. Ketika Ismail sudah dewasa Nabi Ibrahim ditagih nadzarnya oleh Allah supaya menyembelih Ismail. Walau akhirnya ketika akan menyembelih Allah menggantinya dengan seekor kambing.

Allahu akbar..allahu akbar walillahilhamd

Sebenarnya tradisi qurban sudah dikenal sejak lama. Seperti kisah putranya Nabi Adam, Qobil dan Habil. Qobil lahir bersama putri yang cantik bernama Iqlima. Sedang Habil lahir bersama putri yang bernama Labuda yang tidak cantik. Dalam ajaran Nabi Adam seseorang menikah dengan orang yang lain ibu. Artinya, obil harus nikah dengan Labuda dan Habil nikah dengan Iqlima. Karena Labuda tidak cantik, Qobil tidak terima. Akhirnya Qobil dan Habil sepakat memberikan qurban kepada Allah. Qobil qurban tanaman atau harta yang jelek. Sedang Habil qurban kambing yang paling bagus. Akhirnya qurban Habil yang diterima oleh Allah.

Ada riwayat, kakeknya Nabi Muhammad, Abdul Mutholib pernah bernadzar jika dikaruniai 10 putra akan menyembelih seorang putra sebagai qurban. Akhirnya diijabahi Allah dan undian jatuh pada ayahnya Nabi Muhammad, Abdullah. Mengetahui nadzarnya Abdul Mutholib, kaum Quraisy mencegah supaya nadzarnya diganti dengan menyembelih 100 ekor unta. Sehingga Nabi Muhammad ada yang menjuluki “putra 2 sesembelihan”. Yaitu Ismail bin Ibrahim dan Abdullah bin Abdul Mutholib.

Ma’asyirol muslimin jamaah sholat Idul Adha rahimakumullah
Sebagaimana yang telah saya sebutkan tadi bahwa kisah-kisah yang disebutkan Allah mengandung pelajaran, contoh kepada umat manusia. Begitu juga dengan peristiwa qurban ini.

Adapun hikmah yang bisa kita ambil dalam Idul Adha adalah:

1.      Taqorub atau mendekatkan diri kepada Allah
Lafadz qurban berasal dari bahasa Arab qoroba yaqrobu qurbanan yang berarti dekat. Artinya orang yang berqurban berarti mendekatkan diri kepada Allah. Karena qurban merupakan salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah.
Dalam hidup ini tidak ada alasan apapun untuk tidak beribadah atau mendekatkan diri kepada Allah. Walaupun  kita hidup dengan ekonomi yang serba pas-pasan. Contohnya seperti Nabi Ayyub yang miskin tetapi masih beribadah, berdzikir kepada Allah. Begitu juga dengan yang kaya tidak bisa beralasan karena sibuk dengan pekerjaan kemudian tidak beribadah.

2.      Melatih keikhlasan
Orang yang ikhlas dan siap berkorban biasanya tegar dan tabah bila ada cobaan dan penderitaan. Seperti Nabi Ibrahim yang diperintahkan menyembelih putranya. Karena rasa ikhlas menerima perintah Allah, Nabi Ibrahim bisa tegar dan tabah..
Keikhlasan juga menjauhkan orang dari sifat dzalim / menganiaya orang lain. Orang yang ikhlas tidak akan menyakiti orang lain. Juga biasanya orang yang ikhlas sanggup dan mau mengorbankan diri untuk kepentingan umat. Ibarat lilin, orang yang ikhlas membiarkan dirinya terbakar dan meleleh supaya cahayanya bisa menerangi sekitar, menerangi keluarga, tetangga dan masyarakat.
Orang yang ikhlas berqurban juga tidak akan dzolim terhadap dirinya sendiri. Artinya orang yang ikhlas akan berqurban dengan harta yang bagaus. Oleh karena itu pada ibadah qurban disyaratkan sesembelihan qurban yang bagus tidak cacat.
Tapi, perlu kita ketahui bahwa bukan kusur atau gemuknya qurban. Bukan pula daging atau darahnya yang diterima Allah. Tetapi yang diterima adalah taqwanya. Orang yang bertaqwa pasti akan mempersembahkan sesuatu yang paling bagus untuk Allah SWT.
لَن يَنَالَ ٱللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ ٱلتَّقۡوَىٰ مِنكُمۡۚ
                                                                                                                                                                   
“Allah tidak menerima daging dan darah qurban. Tapi Allah menerima taqwa kalian semua.”


3.      Menghilangkan sifat Hewani
Qurban yang berupa menyembelih hewan bisa menjadi simbol buat yang berqurban. Yaitu menyembelih sifat-sifat hewan yang berada pada jiwa manusia. Hewan ini seperti kembing, sapi, unta mempunyai sifat yang apabila mencari makanan, rumput, atau tanaman-tanaman hijau tidak peduli itu milik siapa. Yang penting hijau, dimakan. Begitu juga manusia ada yang mempunyai sifat begitu. Tidak peduli dari mana asalnya rejeki. Tidak peduli itu haram atau halal. Terkadang ada juga ada yang mencari rejeki dengan menindas kawannya seperti hewan yang mendapat makanan tetapi tidak terima ketika ada hewan yang lain ikut makan.
Maka, dengan adanya ibadah qurban ini kita semua bisa membuang sifat-sifat hewan yang berada di jiwa kita. Apabila kita tidak membuang dan masih mempunyai sifat ini berarti kita sama seperti hewan atau bahkan lebih hina dari hewan.

وَلَقَدۡ ذَرَأۡنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرٗا مِّنَ ٱلۡجِنِّ وَٱلۡإِنسِۖ لَهُمۡ قُلُوبٞ لَّا يَفۡقَهُونَ بِهَا وَلَهُمۡ أَعۡيُنٞ لَّا يُبۡصِرُونَ بِهَا وَلَهُمۡ ءَاذَانٞ لَّا يَسۡمَعُونَ بِهَآۚ أُوْلَٰٓئِكَ كَٱلۡأَنۡعَٰمِ بَلۡ هُمۡ أَضَلُّۚ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡغَٰفِلُونَ ١٧٩
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai” (QS. Al-A’rof. 179)


4.      Pendidikan Keluarga
Keluarga Nabi Ibrahim bisa menjadi simbol keluarga yang harmonis yang dilandasi cinta kepada Allah Swt. Keluarga yang dilandasi rasa cinta kepada Allah. Jika sesuatu sudah dilandasi dengan cinta kepada Allah segala hubungan bisa terjalin dengan harmonis dan baik. Seperti ceritanya Nabi ibrahim. Diriwayatkan Nabi Ibrahim mendapat perintah supaya mengajak istri dan putranya yang masih bayi ke lembah yang tandus, gersang, tidak ada tanaman juga sumber air. Tempat yang belum ada penghuni. Jauhnya dari tempat tinggal Nabi Ibrahim, Palestina ke Makkah kurang lebih 1600 KM. Nabi Ibrahim tidak mengerti apa yang dikehendaki Allah atas perintahnya tersebut. Nabi Ibrahim hanya ikhlas dan tawakkal menerima perintah tersebut. Ketika Nabi ibrahim akan meninggalkan Hajar dan Ismail, Hajar tanya kepada Ibrahim “Wahai Ibrahim. Anda akan pergi kemana? Anda akan meninggalkan saya dan Ismail disini juga tidak ada yang mencukupi kebutuhan kami?” Ibrahim tidak menjawab. Kemudian Hajar bertanya kembali, tapi Ibrahim tidak menjawab. Kemudian Hajar bertanya, “Apa Allah yang memerintahkan?” Ibrahim menjawab, “ Iya” kemudian Hajar berkata, “Apabila Allah yang memerintahkan pasti tidak akan menyia-nyiakan kita.”
Inilah gambaran istri yang taat kepada perintah suaminya walaupun perintah tersebut berat. Semuanya dengan dilandasi taat dan tawakkal kepada Allah Swt. Begitu juga ketika Allah memerintahkan Ibrahim supaya menyembelih Ismail, Ibrahim kelihatan sedih, susah. Karena, sebenarnya tidak ada orang tua yang tega menyembelih anaknya ata menelantarkan anaknya. Begitu juga Nabi Ibrahim tidak egois langsung menyembelih Ismail. Tapi dimusyawarahkan dulu dengan putranya. Dan putranya tidak membantah atau menolak. Hal ini berarti Ismail menjadi simbol anak yang sholih. Anak yang sholih akan selalu taat kepada orangtuanya.


فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعۡيَ قَالَ يَٰبُنَيَّ إِنِّيٓ أَرَىٰ فِي ٱلۡمَنَامِ أَنِّيٓ أَذۡبَحُكَ فَٱنظُرۡ مَاذَا تَرَىٰۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُۖ سَتَجِدُنِيٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ ١٠٢
Artinya: “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar" (As—shofat:102)
Ma’asyirol Muslimin rahimakumullah

Apabila kita perhatikan dizaman sekarang ini banyak keluarga yang tidak harmonis disebabkan istri yang tidak taat kepada suami. Orang tua yang tega membuang bahkan membunuh bayinya. Orang tua yang terlalu sibuk sehingga tidak sempat mengurusi anaknya. Juga anak yang durhaka kepada orang tuanya.
Oleh karena itu di hari Idul Adha ini menjadi pelajaran kepada kita supaya membangun keluarga yang harmonis yang dilandasi cinta. Cinta kepada Allah dan cinta kepada keluarga

Kiranya cukup sekian khutbah yang bisa saya sampaikan. Kurang lebihnya mohon maaf yang sebesar-besarnya.
أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ. إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ . بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua:
اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (4×) اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَ اللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

Selasa, 15 September 2015

Pelepasan Jamaah Haji Kec. Kemusu

IPHI KEC.KEMUSU KAB. BOYOLALI  pada hari Selasa tgl 15 Sept 2015   pada waktu pukul 12.30.wib telah melepas dan pamit dari kelompok calon jamaah haji sejumlah enam calhaj. Adapun para jamaah calhaj tersebut berasal dari luar wilayah kec.kemusu. dari wilayah desa kendel 2 orang dan dari desa kauman empat orang. Masing masing calhaj tersebut suami istri. Perwakilan atas nama IPHI KEC.KEMUSU oleh KH NASRUDIN. Menyampaikan dalam sambutannya bahwa  untuk saat ini untuk animo calhaj di wilayah kemusu agak menurun di karenakan kesederhanaan dari warga . Dan juga berharap semoga para calhaj dapat melaksanakan haji di tanah suci dengan baik.

Pada kesempatan itu pula hadir dari unsur muspika kec.kemusu turut hadir Bp sekcam Agus purwanto, dari Koramil, dan juga dari unsur Kapolsek Kec. Kemusu yang secara langsung Bp Kapolsek Kec. Kemusu beliau Bp Arifin.

Dalam acara prosesi upacara pembukaan pemberangkatan calon haji tersebut sambutan dan penglepasan calhaj di buka dan di pimpin oleh Bp ARIFIN ( Kapolsek kec. Kemusu..). Dalam sambutannya tersebut beliau mengucapkan Rasa terimakasihnya kepada para calon haji semoga menjadi tamu Allah dan selamat dalam menunaikan ibadah haji dari pemberangkatan perjalanannya menuju makatul mukaromah selalu mendapatkan kelancaran kemudahan keselamatan dalam menunaikan rukun islam yang ke lima yaitu ibadah  haji. Dapat melaksanakan baik yang sunah maupun yang wajib. Baik rukun dan syaratnya ibadah haji. LABBAIK ALLAHUMMA LABAIK....


Senin, 07 September 2015

KHUTBAH IDHUL ADHA => HIKMAH IBADAH QURBAN


Dening: Drs. Slamet Arifin, M.Ag.



اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكاَتُهُ
اَللهُ اَكْبَرُ   اَللهُ اَكْبَرُ   اَللهُ اَكْبَر ُ  , اَللهُ اَكْبَرُ   اَللهُ اَكْبَرُ   اَللهُ اَكْبَرُ , اَللهُ اَكْبَرُ  اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ كَبِيْرًا , وَاْلحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا , وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلاً , لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ ,  اَللهُ اَكْبَرُ وَِللهِ اْلحَمْدُ . اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى صَدَقَ وَعْدُهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ اْلاَحْزَابَهَ وَحْدَهُ . اَشْهَدُ اَنْ لآ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ , وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْ لُهُ الَّذِى لاَنَبِيَّ بَعْدَهُ , اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَىاَلِهِ واََصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ .  اَمَّا بَعْدُ:   فَيَا عِبَادَ اللهِ  اتَّقُواللهُ فِى كُلِّ سَاعَةٍ  وَتَزَوَّدُوا بِهِ  فَإِنَّ  خَيْرَ  الزَّادِ  التَّقْوَى . قَالَ  اللهُ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ : إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ  ,  فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ  ,  اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ اْلأَبْتَرُ              


Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Allahu akbar, Allah Maha Agung. Ing kalodangan enjeng punika umat Islam sak donya sami ngrayakaken dinten Raya Idul Adha, suwanten takbir, tahmid, tasbih lan tahlil sami kakumandangaken ing seantero jagad raya punika. Jutaan umat Islam saking pinten-pinten suku, bangsa lan etnik sami ngumandangaken Asma Allah Ingkang Maha Agung. Sedaya punika boten namung amargi seneng-seneng lan pesta kemawon, ananging punika nedahaken pinangka bukti anggenipun sami bekti, tunduk sarta patuh anggenipun sami pasrah sarta syukur ing ngarsanipun Allah Swt. Ingkang Maha Kawasa, Maha Agung, Ingkang Maha Sampurna sarta Maha Welas lan Asih.
Ing dinten Idul Adha utawi Dinten Qurban, umat Islam dipun anjuraken supados sami mragat raja kaya utawi kewan ternak. Pramila punika Idul Adha asring dipun sebat Yaum an-Nahr, inggih punika dinten mragat. Dipun sebat kados makaten amargi amalan ingkang paling utami ing dinten menika wau inggih arupi mragat kewan qurban (udhiyyah).
Rasulullah Saw. nate  ngendika ingkang kapacak ing Sunan Tirmidzi hadits nomer 1413:

مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ إِنَّهَا لَتَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُوْنِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلاَفِهَا وَأَنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللَّهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ مِنَ اْلأَرْضِ فَطِيْبُوْا بِهَا نَفْسًا                                                                 
“Ora ana amalan kang dilakoni dening manungsa ana ing Yaum an-Nahr kang luwih ditresnani dening Allah kajaba ngilekke getih (kewan qurban kang disembelih), ing mangka  dheweke ing dina Kiyamat besok bakal nekakake sungu, wulu, lan kukune, sarta getihe iku temen bakal ana ing ngersane Allah sadurunge muncrat ana ing lemah, amarga iku senenga sira amarga iku” (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah lan Al-Hakim kanthi sanad kang shahih)

Allahu Akbar Allahu Akbar Walillahilhamd
Jama’ah Idul Adha ingkang minulya
Miturut Islam, qurban awalipun boten saking mitos kados dene agami-agami Kuno-Yunani, Mesir, lan India ingkang tujuanipun kangge para Dewa/Tuhan kanthi cara nilar bayi ing pucuking redi utawi nyemplungaken kenyo ing lepen ingkang angker. Ananging qurban punika pinangka wujud kepasrahan, pangabekten, sarta kesalehan hamba.
Engkang asring dipun supekaken ing ibadah qurban, wonten kalih perkawis engkang kedah lumampah sesarengan inggih punika Ilahiyah lan insaniyah utawi hablum minallah sarta hablum minannas. Nilai kesadaran ing qurban menawi kita gatosaken anggadahi kalih underan inggih punika mbangun kesalehan pribadi saha kesalehan sosial. Menawi ing ibadah shiyam ngajak umat Islam engkang taqwa supados ngraosaken luwih kados dene luwenipun para miskin, sedheng ing ibadah qurban menika ngajak para miskin supados ngraosaken wareg kados dene tiyang engkang kacekapan. Awit kalih perkawis punika engkang nemtokaken cilaka lan begjanipun manungsa, kados dene pangandikanipun Allah Swt ing Al Qur’an surat Ali Imran ayata 112:

ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوْا إِلاَّ بِحَبْلٍ مِنَ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِنَ النَّاسِ وَبَاءُوْا بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُ           
Dheweke kabeh padha kagubet dening kanisthan ana ing endhi wahe dheweke kabeh padha manggon, kajaba yen dheweke kabeh iku padha cekelan kukuh marang tampare (agamane) Allah, lan marang tampare (janjenan) karo manungsa, lan dheweke kabeh entuk kamurkan saka Allah maneh lan padha kagubet dening kanisthan.”

Allahu Akbar Allahu Akbar Walillahilhamd
Jama’ah Idul Adha Rahimakumullah
Qurban sampun wonten wiwit Adam lan Hawa, nalikanipun Qabil lan Habil rebutan jodo, mila Adam ngawontenaken sayembara sintena ingkang dipun tampi, piyambakipun ingkang anggadahi hak garwa Iqrima, sedherek kandungipun Qabil. Lan Qabil rumaos kawon ing ndalem sayembara kala wau, kanthi kawontenan nesu Qabil ngancam “badhe mejahi Habil” Lan kanthi pangandikan ingkang sareh Habil ngengetaken, bilih “Allah namung badhe nampi qurbanipun tiyang ingkang taqwa”  Kados pangandikanipun Allah ing surat Al Maidah ayat 27:

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ ءَادَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ اْلآخَرِ قَالَ  َلأَقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِيْنَ                                                              
Wonten ing ayat sanes dipun cariosaken bilih wonten tiyang sepuh ingkang selami tigang dalu ngebleng ngimpi supados mragad putranipun. Kanthi manah engkang aurat, panjenenganipun ngendikaken mimpinipun dateng putranipun. Boten kanyana-nyana putranipun malah mangsuli dateng Bapanipun, “Kula siap mugi-mugi kula kalebet ewonipun tiyang ingkang sabar.”  Kados dipun terangaken ing Al Qur’an surat Ash-Shaffat ayat 102:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَاأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ                                                     
“Mula rikala bocah iku wus tumeka (umur) bisa mlaku bebarengan Ibrahim, Ibrahim ngendika : “He putraningsun, ngger, satemene ingsun supena sajrone sare, menawa ingsun nyembeleh marang selira. Mula coba pikiren kepriye mungguh miturut selira? Kang putra matur : “Dhuh rama, rama kula aturi nindakaken menapa ingkang dipun prentahake dhumateng panjenengan; Insya Allah panjenengan badhe manggihake ingkang putra kalebet tiyang-tiyang ingkang sabar.”

Allahu Akbar Allahu Akbar Walillahilhamd
Jama’ah Idul Adha Rahimakumullah
Ayat kala wau paring kritikan dateng tradisi engkang lumampah ing zaman kala wau, inggih punika masyarakat sami ngorbanaken nyawa manungsa kangge sesembahanipun. Allah nguji sepinten kepasrahan lan ketaatan Ibrahim dateng Allah supados ngorbanaken putranipun Ismail ingkang sanget dipun tresnani. Kanthi ujianipun Allah kala wau leres-leres Ibrahim saget lulus, pramila Allah ngutus malaikat mbeta menda dateng Ibrahim pinangka gantosipun Ismail.
Allah Swt. boten nate ngersakaken sesajen ingkang arupi daging punapa dene rah saking kewan qurban, ananging Allah nampi saking ketaqwaan, keikhlasan, sarta kepasrahanipun hamba engkang nindakaken qurban. Kados pangandikanipun Allah piyambak ing surat Al Haj ayat 37:

لَنْ يَنَالَ اللهَ لُحُوْمُهَا وَلاَ دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِيْنَ            
“Dading-daging onta lan getihe iku babar pisan ora bisa oleh karilaane Allah, ananging ketakwaan kang saka sira kabeh iku kang bisa oleh karilaane Allah. Kaya mengkono iku Allah wis nundhukake onta-onta mau marang sira kabeh, supaya sira kabeh padha ngegungake Allah tumprap hidayah-E marang sira kabeh. Lan aweha sira (Muhammad) kabar bebungah marang wong-wong kang padha agawe kebecikan.”

Sedheng daging qurban dipun dum-dumaken dateng tiyang ingkang anggadahi hak inggih punika sak pratiganipun kangge tiyang ingkang qurban, sak pratiganipun malih kangge kerabat sarta sahabatipun, lan engkang sak pratiganipun malih kangge fakir miskin. Menika sedaya pinangka hikmah qurban saking sisi sosial, fakir miskin saget ngraosaken dedaharanipun tiyang sugih.
Kajawi punika ibadah qurban ugi maringi rezki tumprap para peternak saha pedaqgang, menawi dinten-dinten biasa namung 3-4 menda ananging menawi Idul Adha saget lipet 3 ngantos 4 tikelipun. Kanthi makaten tiyang ingkang qurban ateges sampun mbantu ekonominipun peternak, awit ingkang sugih, peternak, saha fakir miskin sedayanipun sami andil ing dalem pangibadahan qurban.
Menawi dipun penggalih ibadah qurban punika saget nambahi aset kanggenipun negari, contonipun pinten kewan ingkang dipun pragat ing negari Arab Saudi para sedherek, lan menawi Indonesia saget ngedrop kewan ternak dateng negari Arab Saudi kalau wau, lajeng pinten arto ingkang lumebet dateng kas negari. Ananging punapa nagari kita siap, bara-bara kewan ternak lha wong beras kemawon nagari kita tasih import saking nagari sanes, kamangka sawah ladang kita menika sanget wiar, musimipun sanget nyengkuyung, panenipun saget kaping kalih kadangkala kaping tiga setahunipun, lan ugi nagari kita kalebet nagari agraris utawi pertanian, menawi kabanding kalian nagari Birma, Korea, China, Thailan lan sanesipun, ingkang lahan pertanianipun sanget winates sarta namung anggadahi setunggal musim panen setahunipun. Kok saget kados makaten punapa sebabipun, Wallahu a’lam.
Pancen pengalaman ruhani menika pinangka inti anggenipun ngrasuk agami, ananging saben pangibadahan punika wonten hikmahipun piyambak-piyambak, makaten ugi wonten ing ibadah qurban inggih wonten hikmahipun. Hikmah menika kados dene madu; kita boten saget ngraosaken leginipun madu sadherengipun ngicipi utawi ngraosaken piyambak. Makaten ugi ing ibadah qurban, kita boten saget ngraosaken nikmatipun ibadah qurban sadherengipun kita nindakaken qurban piyambak       

Allahu Akbar Allahu Akbar Walillahilhamd
Jama’ah Idul Adha ingkang minulya
Semangat berqurban kedahipun nyengkuyung umat Islam supados semangat anggenipun berjuang lan korban kanthi sareng-sareng merangi kebodohan, kemiskinan lan keterbelakangan ingkang taksih dipun raosaken dening saperanganing umat Islam.
Sejatosipun mragat kewan qurban menika gambaraken supados manungsa sami nyuceni dirinipun saking sifat-sifatipun kewan kadosta, tamak, serakah, iri, dengki, hasud, egois, ngalalaken sekabehing cara, boten mangertos sae menapa awon, ngrampas hak-hak malah-malah nganiaya dateng tiyang sanes, ngidak ngisor sundul duwur sikut kiwa sikut tengen nggih namung buru sifat angkara murkanipun. Anehipun piyambakipun inggih tetep ngaku pinangka tiyang engkang iman lan muslim, nindakaken ritual keagamaan kadosta shalat, zakat, pasa lan ugi haji tur boten namung sepisan saget ugi makaping-kaping. Sifat kados kewan kala wau kedah leres-leres kita tilar. Awit sifat kala wau nyesataken kita lan njalari lumebetipun dateng neraka, kados dene pangandikanipun Allah Swt. piyambak ing Al Qur’an surat Al A’raf ayat 172:

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَاْلإِنْسِ لَهُمْ قُلُوْبٌ لاَ يَفْقَهُوْنَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لاَ يُبْصِرُوْنَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌ لاَ يَسْمَعُوْنَ بِهَا أُولَئِكَ كَاْلأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُوْنَ            
“Lan satemene Ingsun ndadekake kanggo isine neraka Jahannam akah-akehe sangka jin lan manungsa, dheweke padha nduweni ati, ananging ora digunakake kanggo mahami (ayat-ayate Allah) lan dheweke padha nduweni kuping (ananging) ora digunakake kanggo ngrungokake (marang ayat-ayate Allah). Dheweke kuwi kaya dene raja kaya, malah dheweke luwih kesasar maneh. Hiya dheweke kuwi wong-wong kang padha lali.”

Makaten hikmah-hikmah qurban ingkang saget kula aturaken, saderengipun getun geduwung sumangga ingkang kuwawi nindaken qurban sumangga kita tindakaken wiwit bibar shalat Idul Adha ngantos akhir dinten tasyrik inggih menika tanggal 10, 11, 12, 13 ing wulan Dzulhijjah, awit menawi mampu qurban ananging boten purun qurban miturut pangandikanipun Rasulullah tiyang kados kala wau menawi seda kalebet seda ingkang kados dene tiyang Yahudi punapa dene Nasrani. Na’udzubillahi min dzalik

Ing akhiripun mugiya Allah Swt. nebihaken kita pinangka ewonipun tiyang ingkang rugi amargi nglirwakaken kesempatan ingkang dipun parigaken lan ugi nebihkan anggen kita sowan ing akhirat mangkih tanpa sangu ingkang cekap. Mugiya Allah paring kekiyatan dateng kita satemah saget nindakaken dawuh-dawuhipun sarta nebihi sedaya awisan-awisanipun, lan ugi Allah paring pitedah sarta nampi lan males dateng sedaya amal kita.
Amin ya Rabbal’alamin.   









بَارَكَ اللهُ لِى وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ , وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأَيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِى وَمِنْكُمْ تِلاَ وَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ , أَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِى وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَالْغَفُوْرُالرَّحِيْمُ , رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَِلاِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبِقُوْنَابِاْلاِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِى قُلُوْبِنَاغِلاًّ لِلَّذِيْنَ اَمَنُوا رَبَّنَا اِنَّكَ رَؤُفٌ رَحِيْمٌ , اَللَّهُمَّ اَعِزِّاْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاَهْلِكَ اَعْدَا اَدِّيْنِ اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَْئٍ قَدِيْرٌ , رَبَّنَاهَبْلَنَامِنْ اَزْوَاجِنَاوَذُرِّيِّاتِنَاقُرَّةَ اَعْيُنٍ وَجْعَلْنَالِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا , اَللَّهُمَّ اجْعَلْ هَذَا اْلبَلَدَا اَمِنًا وَارْزُقْ اَ‌هْلَهُ حَلاَلاً طَيِّباً, رَبَّناَ اَتِناَ فِى الدُّنْياَ حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِناَ عَذَابً النّاَر ِ, سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ اْلعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى اْلمُرْ سَلِيْنَ وَاْلحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ .                          

وَالسَّلاَمٌ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ                         

KHUTBAH IDUL ADHA 1436 H.==> ISLAM MENGANJURKAN QURBAN DAN MELARANG KORUPSI





 

Oleh: Drs. Slamet Arifin, M.Ag.

                                                                                 
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكاَتُهُ
الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ جَعَلَ هذَا الْيَوْمَ مِنْ أَعْظَمِ شَعَائِرِاللهِ , اَشْهَدُ اَنْ لآ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ , وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْ لُهُ لاَنَبِيَّ بَعْدَهُ , اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِهِ وَاَصْحاَبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ , وَمَنْ تَبِعَهُ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ , اَمَّا بَعْدُ : فَيَا عِبَادَ اللهِ رَحِمَكُمُ اللهُ , أُوْصِيْ بِنَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَىاللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ , قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كَتَابِهِ الْكَرَيْمِرِ : أَعُوْذُبِااللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ  ,  فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ اْلأَبْتَرُ , اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَر ُ كَبِيْرًا , وَاْلحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا , وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلاً , لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ ,  اَللهُ اَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ .                 
    

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Allahu Akbar, Allah Maha Besar. Di kesempatan pagi hari ini  sebagian umat Islam sedang merayakan hari Raya Idul Adha, gemuruh suara takbir, tahmid, tasbih dan tahlil dikumandangkan oleh kaum muslimin dari berbagai jenis, suku, bangsa dan etnik semua mengumandangkan Asma Allah Yang Maha Agung. Semua itu bukan hanya karena bangga dan berpesta pora saja akan tetapi menjadi bukti bahwa dirinya memang benar-benar berbakti, tunduk dan patuh serta bersyukur di hadapan Allah Swt. Yang Maha Agung, Maha Sempurna, Maha Kasih dan Sayang, serta Maha Kuasa.
Di kesempatan ini pula saudara-saudara kita yang memiliki kemampuan untuk menunaikan ibadah haji, kemarin tanggal 9 Dzulhijjah semuanya berkumpul ditempat yang sama sedang melaksanakan rukun haji yang tidak bisa diganti maupun ditinggalkannya yaitu wukuf di Arofah. Mereka dengan susah payah telah mengorbankan harta, raga dan jiwa serta meninggalkan keluarga yang dicintainya demi memenuhi panggilan Allah itu seraya mengumandangkan kalimat talbiyah:

لَبَّيْكَ اَللَّمَّ لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ لاَشَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ
لَكَ وَالْمُلْكَ لاَشَرِيْكَ لَكَ

“Kami datang hanya memenuhi panggilan-Mu ya Allah, kami datang hanya memenuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu. Sesungguhnya segala puji dan nikmat adalah bagi-Mu dan Engkau-lah Maha Menguasai sesuatu, Tiada sekutu bagi-Mu.”
اَللهُ أَكْبَرُ ,  اَللهُ اَكْبَرُ , لآ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ ,  اَللهُ اَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ.
Jama’ah Idul Adha Rahimakumullah
Islam adalah agama yang tinggi ( أَلْإِسْلاَمُ يَعْلُوْا وَلاَيُعْلَى عَلَيْهِ)  . Akan tetapi  ketinggian Islam itu akan terobohkan oleh umat Islam itu sendiri ( أَلْإِسْلاَمُ مَهْجُوْبٌ بِالْمُسْلِمِيْنَ ).
Islam adalah Agama Pembebasan dan Pencerahan. Oleh karena itu kita wajib bersyukur bahwa sampai detik ini kita masih menjadi Mukmin, Mengapa? Karena Islam sebagai agama penyempurna atas semua agama yang ada, ini mengandung ajaran yang menempatkan manusia, keadilan sosial kemakmuran dalam posisi yang sentral.
Islam adalah mengajarkan adanya prinsip keseimbangan. Yaitu keseimbangan kewajiban pemenuhan kebutuhan manusia akan: kebutuhan duniawi (hablumminas) dan ukhrawi (hablumminallah). keseimbangan bathiniyah (spiritual)–lahiriyah (material), keseimbangan individu-sosial kemasyarakatan (ekonomi, hukum, politik, demokrasi, hak asasi manusia, pendidikan, kebudayaan, kesehatan, kepemimpinan, empati, advokasi sosial).
Islam memberi perhatian tentang pentingnya akhlak. Yaitu kreteria hubungan antara manusia dengan Allah Swt, dengan kitab suci, dengan orang tua, keluarga, tetangga, kerabat, saudara, sesama agama maupun antar agama, lintas etnis, bangsa bahkan lintas budaya.
Begitulah Islam yang amat sempurna, rinci, komprehensif serta universal. Maka pantaslah jika kita diperintah oleh Allah Swt. untuk memeluk Islam secara kaffah, sebagaimana firman Allah Swt. di dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 208:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱدۡخُلُواْ فِي ٱلسِّلۡمِ كَآفَّةٗ وَلَا تَتَّبِعُواْ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيۡطَٰنِۚ إِنَّهُۥ لَكُمۡ عَدُوّٞ مُّبِينٞ ٢٠٨

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.

اَللهُ أَكْبَرُ ,  اَللهُ اَكْبَرُ , لآ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ ,  اَللهُ اَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ.
Kaum Muslimin wal Muslimat yang berbahagia.
Marilah kita sejenak merenungi betapa mulia dan sempunanya ajaran Islam yang menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan, mengajarkan berkurban ternak sebagai pendidikan jiwa solidaritas dan keadilan sosial dan melarang pencurian (korupsi) serta perbuatan rusak lainnya.
Allah mengajarkan bagi Umat Islam untuk berkurban dengan binatang ternak, artinya bahwa sifat-sifat kebinatang yang ada pada diri manusia hendaklah kita kurbankan demi kemanusiaan, janganlah sampai sifat kebinatang kita itu justru kita pelihara, kita kembangkan dan kita besar-besarkan yang pada akhirnya akan menjadikan kita memiliki sifat yang rakus, srakah dan suka menyerang sesamanya.
Dalam suasana Hari Raya Idul Qurban tahun ini, marilah kita merenungi bagaimana situasi bangsa dan masyarakat dewasa ini untuk kemudian kita menentukan sikap dan langkah kongkrit “apa” yang harus kita perbuat sebagai umat Islam yang merupakan bagian terbesar dari bangsa yang beragama ini.
Kita sadar bahwa unsur penting agama adalah mengamalkan ajaran agama dengan amalan yang nyata dapat dirasakan manfaatnya oleh rakyat dan bangsa Indonesia ini. Karena Islam merupkan kekuatan perubahan bagi zamannya.
Kita adalah umat pembentuk dan penentu masa depan bangsa Indonesia, yang berkeadilan sosial, yang bebas dari korupsi sebagai bentuk penjarahan kekayaan negara yang hakikatnya adalah anugerah Allah dan menjadi hak rakyatnya.
Kita sebagai umat yang tidak boleh dikendalikan oleh penguasa yang melanggar dan mengkhianati amanah yang menjadi penipu, penjarah dan pengeruk kekayaan harta rakyat.
Rasulullah Saw. mengajarkan kepada kita bahwa: “Pejabat dan penguasa yang baik dan benar adalah yang memiliki sifat jujur (sidiq), cerdas (fathonah), dapat dipercaya (amanah) dan berani mengemukakan kebenaran (tabligh), bukan pejabat yang mengidap krisis akhlak dan tuna kepemimpinan. Pejabat negara dan pemerintah bukanlah alat atau ATM untuk parpolnya, keluarga dan kroni-kroninya, melainkan pengemban dan palayan pemenuhan hak-hak rakyatnya.


اَللهُ أَكْبَرُ ,  اَللهُ اَكْبَرُ , لآ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ ,  اَللهُ اَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ.
Kita adalah umat yang memiliki keunggulan dan misi untuk memperbaiki kualitas bangsa, sebagaimana firman Allah Swt:

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya .


Di dalam ayat lain Allah juga menyatakan tentang kesempurnaan manusia di dalam penciptaannya:
۞وَلَقَدۡ كَرَّمۡنَا بَنِيٓ ءَادَمَ وَحَمَلۡنَٰهُمۡ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ وَرَزَقۡنَٰهُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَفَضَّلۡنَٰهُمۡ عَلَىٰ كَثِيرٖ مِّمَّنۡ خَلَقۡنَا تَفۡضِيلٗا ٧٠

 “Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan,Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. “ (Isra: 70)
كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِۗ وَلَوۡ ءَامَنَ أَهۡلُ ٱلۡكِتَٰبِ لَكَانَ خَيۡرٗا لَّهُمۚ مِّنۡهُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَأَكۡثَرُهُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ ١١٠

 “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Ali Imran: 110)

اَللهُ أَكْبَرُ ,  اَللهُ اَكْبَرُ , لآ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ ,  اَللهُ اَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ.
Jama’ah Idul Adha Rahimakumullah

Dari ayat-ayat di atas sudah cukp jelas, bahwa fungsi dan tugas  kita selaku kaum Muslimin dan Muslimah yang berkaitan dengan diri dan bangsa kita.
Sebagai pribadi, kita berkepentingan untuk berhati-hati dengan diri kita, akhlak baik kita kepada Allah Swt.  Kita jaga shalat dan tadarus pada keluarga kita. Kita bina keluarga kita dengan harta yang halal dan thayyib dengan melalui kerja keras yang penuh kejujuran, jangan bawa harta haram (hasil mencuri, penjarahan, korupsi) ke rumah tangga kita. Tidaklah harta haram itu akan membawa berkah justru akan menjadi racun yang akan mencemari dan merusak kualitas se-isi rumah kita.
Demi waktu, bangsa kita akan mengalami kebangkrutan jika semakin jauh dari ajaran agama dan mendiamkan kemungkaran akibat carut marutnya perpolitikan di Indonesia.
Demi waktu, kekayaan alam yang sangat besar berupa tambang emas, uranium, mineral, batu bara, pasir besi, gas, dan air dijarah oleh kapitalis nasional maupun internasional. Mereka mengurus, menguras, merusak dan memperkosa harta rakyat demi kenikmatannya sendiri.
Di sisi lain semakin maraknya pusat-pusat perbelanjaan besar yang dibiarkan berkembang di berbagai kota maupun desa yang selain menimbulkan budaya konsumtif dan kosumeristik juga berakibat tergusurnya ekonomi rakyat melalui pasar-pasar rakyat atau pasar tradisional kita.
Lantas timbul pertanyaan pada diri kita: Apa dan bagaimana sikap kita sebagai Mukmin dalam menghadapi situasi bangsa yang sudah berada diujung kebangkrutan dan keruntuhan martabat ini? Jawabannya: kita kembali kepada agama, karena agama adalah nasehat.
Lewat mimbar khutbah Idul Adha ini kita ingatkan selain terhadap diri kita sendiri juga terhadap mereka yang suka hidup bermegah-megahan dalam kemaksiyatan dan korupsi serta tidak peka terhadap rakyat miskin. Allah Swt. Memberi peringatan di dalam surat Al Takatsur:
أَلۡهَىٰكُمُ ٱلتَّكَاثُرُ ١  حَتَّىٰ زُرۡتُمُ ٱلۡمَقَابِرَ ٢  كَلَّا سَوۡفَ تَعۡلَمُونَ ٣  ثُمَّ كَلَّا سَوۡفَ تَعۡلَمُونَ ٤  كَلَّا لَوۡ تَعۡلَمُونَ عِلۡمَ ٱلۡيَقِينِ ٥  لَتَرَوُنَّ ٱلۡجَحِيمَ ٦ ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيۡنَ ٱلۡيَقِينِ ٧  ثُمَّ لَتُسۡ‍َٔلُنَّ يَوۡمَئِذٍ عَنِ ٱلنَّعِيمِ ٨
 “1. Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, 2. sampai kamu masuk ke dalam kubur. 3. janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),4. dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. 5. janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, 6. niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, 7. dan Sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin. 8. kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).”

Rasulullah Muhammad Saw. Juga pernah mengingatkan dalam sebuah Hadits riwayat Imam Turmudzi: Empat hal yang kelak harus dipertanggungjawabkan kepada Allah Swt. sebelum bergerak telapak kakinya yaitu:
1. Untuk apa umurnya dipergunakan
2. Untuk apa ilmunya diamalkan
3. Mengapa merusak jiwa dan badan
4.Bagaimana cara memperoleh dan cara membelanjakan hartanya.

اَللهُ أَكْبَرُ ,  اَللهُ اَكْبَرُ , لآ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ ,  اَللهُ اَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ.
Kaum Muslimin dan Muslimah yang berbahagia
Saatnya kita kembali kepada jalan kebenaran (al Islam) yang mendidik dan memandu kita untuk memperdalam dan mempertajam nurani dan akal budi kita. Dengan ibadah Qurban kita didik untuk peka dan solider terhadap saudara kita yang fakir dan miskin.
Dua pertiga dari daging qurban yang wajib kita bagikan kepada mereka  menunjukkan watak sosial dan solider ajaran Islam. Ajaran qurban dalam Islam mendidik umat untuk tidak egois, tidak bakhil, melainkan mendidik Muslimin dan Muslimat untuk memiliki sifat jiwa kepemimpinan negara yang cerdas dan tajam nurani, akhlak, keilmuan, yang peka dan peduli terhadap nasib sesama.
Jangan serahkan kepercayaan pemimpin bangsa ini ke depan kepada mereka yang hanya pinter retorika, kaya dunia. Bangsa ini ke depan memerlukan sosok pemimpin yang mampu memadukan akhlak, ilmu dan jiwa kepemimpinan yang tegas, sederhana, pemberani dan jujur.
Harus kita hindarkan bangsa ini jatuh di tangan pemimpin yang koruptor, yang pada umumnya adalah kelompok yang terdidik namun tandus dengan akhlak yang mulia. Mereka haus akan harta, memiliki syahwat kekuasaan yang tidak terkendali serta tamak akan dunia.

اَللهُ أَكْبَرُ ,  اَللهُ اَكْبَرُ , لآ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ ,  اَللهُ اَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ.
Kaum Muslimin dan Muslimah yang dirahmati Allah Swt.
Mari kita bangkitkan kembali sikap optimis, percaya diri, dan keyakinan akan keberhasilan jihat akbar melawan koruptor dengan pro-aktif dan sungguh-sungguh untuk melakukan perubahan dalam kualitas kehidupan berbangsa maupun bernegara. Yaitu dengan menghadirkan sosok pemimpin yang sejak awal sudah teruji kualitas dan integritas kepemimpinannya, bukan pemimpin karbitan yang dijagokan oleh para cukong-cukong dan calo politik berkolaborasi dengan konglomerat bromocorah. Saatnya Indonesia ini dipimpin oleh seorang pemimpin yang memenuhi persyaratan utama yaitu: “Pemimpin yang teruji kejujurannya, kesederhanaannya, keberaniannya, kecerdasan ilmunya, serta keshalehan spiritual dan keshalihan sosialnya.
Sebagai penutup, marilah kita lakukan perbaikan atas kondisi bangsa ini dengan cara menaati hukum yang berlaku, menghindari berlomba-lomba dalam kemewahan dan keserakahan.
Akhirnya marilah kita tundukkan wajah kita dengan khusyuk dan tulus untuk bermunajat ke hadirat Allah Swt. memohon ampun atas segala dosa kita, dan memohon perlindungan serta keselamatan keluarga kita, bangsa dan negara kita serta serta keselamatan kehidupan dunia dan akhirat kita.

بَارَكَ اللهُ لِى وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ , وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّى وَمِنْكُمْ تِلاَ وَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ , أَقُوْلُ قَوْلِى هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِى وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَالْغَفُوْرُالرَّحِيْمُ , رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِ خْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبِقُوْنَابِاْلاِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِى قُلُوْبِنَاغِلاًّ لِلَّذِيْنَ امَنُوا رَبَّنَا اِنَّكَ رَؤُفٌ رَحِيْمٌ , اَللّهُمَّ اَعِزِّاْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاَهْلِكَ اَعْدَا اَدِّيْنِ اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ, رَبَّنَاهَبْلَنَامِنْ اَزْوَاجِنَاوَذُرِّيِّاتِنَاقُرَّةَ اَعْيُنٍ وَجْعَلْنَالِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا , اَللّهُمَّ اجْعَلْ هذَا اْلبَلَدَا امِنًا وَارْزُقْ اَ‌هْلَهُ حَلاَلاً طَيِّباً, رَبَّناَ اتِناَ فِى الدُّنْياَ حَسَنَةً وَفِى اْلأخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِناَ عَذَابً النّاَر ِ, سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ اْلعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى  اْلمُرْ سَلِيْنَ وَاْلحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ .                                          
وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Diberdayakan oleh Blogger.