Senin, 21 September 2015

KHUTBAH IDUL ADHA ==> PELAJARAN IDUL ADHA

Oleh. Iwan Hafidz Zaini, S.HI

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ   اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ   اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ
اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ. الْحَمْدُ للهِ الْقَائِلِ فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ (لَن يَنَالَ ٱللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ ٱلتَّقۡوَىٰ مِنكُمۡ

أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ



Ma’asyirol muslimin jamaah sholat idul adha yang berbahagia
Sebelumnya marilah kita senantiasa meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah, Swt. Serta tak lupa kita senantiasa memanjatkan syukur kepada Allah atas segala nikmat yang telah diberikan kepada kita. Khususnya di pagi hari ini kita masih diberi kenikmatan berupa hari raya Idul Adha atau hari raya qurban.
Hadirin kaum muslimin muslimat yang dimulyakan Allah SWT
Pagi hari ini kita mengagungkan asma Allah. Semua menampakkan kegembiraan , lakilaki, perempuan, tua muda semua keluar dari rumahnya untuk melaksanakan sholat Idul Adha. Idul Adha mengingatkan kita pada sebuah peristiwa bersejarah yang mengandung pelajaran yaitu perjuangan Nabi Ibrahim. Sejarah Rasul yang berjuluk “khalilullah” kekasih Allah tersebut ditulis dengan tinta emas dibukubuku bersejarah. Sikap tabah dan teguh dalam melaksanakan perintah Allah menjadikan Nabi Ibrahim menjadi uswatun hasanah , panutan yang baik.
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa hari raya qurban atau Idul Adha bersumber dari kisah Nabi Ibrahim dan putranya, Ismail. Sejarah dan riwayat tentang qurban ini tidak hanya menjadi dongeng-dongengan, atau pun cerita pengantar tidur. Akan tetapi, cerita yang ada dalam Idul Qurban ini bisa menjadi tauladan, contoh dan pelajaran bagi semua umat manusia.
Firman Allah:
وَتِلۡكَ ٱلۡأَمۡثَٰلُ نَضۡرِبُهَا لِلنَّاسِۖ وَمَا يَعۡقِلُهَآ إِلَّا ٱلۡعَٰلِمُونَ ٤٣
Begitu juga sejarahnya Nabi Ibrahim AS yang memperoleh perintah dari Allah supaya menyembelih putranya Ismail terdapat pelajaran bagi umat manusia.
Kenapa Nabi Ibrahim yang menjadi contoh? Bukan Nabi yang lain? Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa Allah mengutus 313 Rasul dan 124.000 Nabi. Dan salah satu Nabi yang menjadi panutan yaitu Nabi Ibrahim AS.
قَدۡ كَانَتۡ لَكُمۡ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ فِيٓ إِبۡرَٰهِيمَ وَٱلَّذِينَ مَعَهُ

Artinya: “Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia.. (QS. Al-Mumtahanah:4)

Ma’asyirol muslimin jamaah sholat Idul Adha rahimakumullah

Kenapa Allah memerintahkan Nabi Ibrahim supaya menyembelih putra tercintanya Ibrahim? Padahal ketika Nabi Ibrahim belum dikaruniai putra beliau bernadzar, “Jika aku mempunyai putra maka anakku akan aku qurbankan, saya sembelih bila diperintahkan Allah.”
Setelah dalam waktu yang lama Nabi Ibrahim selalu minta kepada Allah supaya dikaruniai anak, akhirnya doa Nabi Ibrahim diijabahi Allah mempunyai putra yang diberi nama Ismail. Ketika Ismail sudah dewasa Nabi Ibrahim ditagih nadzarnya oleh Allah supaya menyembelih Ismail. Walau akhirnya ketika akan menyembelih Allah menggantinya dengan seekor kambing.

Allahu akbar..allahu akbar walillahilhamd

Sebenarnya tradisi qurban sudah dikenal sejak lama. Seperti kisah putranya Nabi Adam, Qobil dan Habil. Qobil lahir bersama putri yang cantik bernama Iqlima. Sedang Habil lahir bersama putri yang bernama Labuda yang tidak cantik. Dalam ajaran Nabi Adam seseorang menikah dengan orang yang lain ibu. Artinya, obil harus nikah dengan Labuda dan Habil nikah dengan Iqlima. Karena Labuda tidak cantik, Qobil tidak terima. Akhirnya Qobil dan Habil sepakat memberikan qurban kepada Allah. Qobil qurban tanaman atau harta yang jelek. Sedang Habil qurban kambing yang paling bagus. Akhirnya qurban Habil yang diterima oleh Allah.

Ada riwayat, kakeknya Nabi Muhammad, Abdul Mutholib pernah bernadzar jika dikaruniai 10 putra akan menyembelih seorang putra sebagai qurban. Akhirnya diijabahi Allah dan undian jatuh pada ayahnya Nabi Muhammad, Abdullah. Mengetahui nadzarnya Abdul Mutholib, kaum Quraisy mencegah supaya nadzarnya diganti dengan menyembelih 100 ekor unta. Sehingga Nabi Muhammad ada yang menjuluki “putra 2 sesembelihan”. Yaitu Ismail bin Ibrahim dan Abdullah bin Abdul Mutholib.

Ma’asyirol muslimin jamaah sholat Idul Adha rahimakumullah
Sebagaimana yang telah saya sebutkan tadi bahwa kisah-kisah yang disebutkan Allah mengandung pelajaran, contoh kepada umat manusia. Begitu juga dengan peristiwa qurban ini.

Adapun hikmah yang bisa kita ambil dalam Idul Adha adalah:

1.      Taqorub atau mendekatkan diri kepada Allah
Lafadz qurban berasal dari bahasa Arab qoroba yaqrobu qurbanan yang berarti dekat. Artinya orang yang berqurban berarti mendekatkan diri kepada Allah. Karena qurban merupakan salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah.
Dalam hidup ini tidak ada alasan apapun untuk tidak beribadah atau mendekatkan diri kepada Allah. Walaupun  kita hidup dengan ekonomi yang serba pas-pasan. Contohnya seperti Nabi Ayyub yang miskin tetapi masih beribadah, berdzikir kepada Allah. Begitu juga dengan yang kaya tidak bisa beralasan karena sibuk dengan pekerjaan kemudian tidak beribadah.

2.      Melatih keikhlasan
Orang yang ikhlas dan siap berkorban biasanya tegar dan tabah bila ada cobaan dan penderitaan. Seperti Nabi Ibrahim yang diperintahkan menyembelih putranya. Karena rasa ikhlas menerima perintah Allah, Nabi Ibrahim bisa tegar dan tabah..
Keikhlasan juga menjauhkan orang dari sifat dzalim / menganiaya orang lain. Orang yang ikhlas tidak akan menyakiti orang lain. Juga biasanya orang yang ikhlas sanggup dan mau mengorbankan diri untuk kepentingan umat. Ibarat lilin, orang yang ikhlas membiarkan dirinya terbakar dan meleleh supaya cahayanya bisa menerangi sekitar, menerangi keluarga, tetangga dan masyarakat.
Orang yang ikhlas berqurban juga tidak akan dzolim terhadap dirinya sendiri. Artinya orang yang ikhlas akan berqurban dengan harta yang bagaus. Oleh karena itu pada ibadah qurban disyaratkan sesembelihan qurban yang bagus tidak cacat.
Tapi, perlu kita ketahui bahwa bukan kusur atau gemuknya qurban. Bukan pula daging atau darahnya yang diterima Allah. Tetapi yang diterima adalah taqwanya. Orang yang bertaqwa pasti akan mempersembahkan sesuatu yang paling bagus untuk Allah SWT.
لَن يَنَالَ ٱللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ ٱلتَّقۡوَىٰ مِنكُمۡۚ
                                                                                                                                                                   
“Allah tidak menerima daging dan darah qurban. Tapi Allah menerima taqwa kalian semua.”


3.      Menghilangkan sifat Hewani
Qurban yang berupa menyembelih hewan bisa menjadi simbol buat yang berqurban. Yaitu menyembelih sifat-sifat hewan yang berada pada jiwa manusia. Hewan ini seperti kembing, sapi, unta mempunyai sifat yang apabila mencari makanan, rumput, atau tanaman-tanaman hijau tidak peduli itu milik siapa. Yang penting hijau, dimakan. Begitu juga manusia ada yang mempunyai sifat begitu. Tidak peduli dari mana asalnya rejeki. Tidak peduli itu haram atau halal. Terkadang ada juga ada yang mencari rejeki dengan menindas kawannya seperti hewan yang mendapat makanan tetapi tidak terima ketika ada hewan yang lain ikut makan.
Maka, dengan adanya ibadah qurban ini kita semua bisa membuang sifat-sifat hewan yang berada di jiwa kita. Apabila kita tidak membuang dan masih mempunyai sifat ini berarti kita sama seperti hewan atau bahkan lebih hina dari hewan.

وَلَقَدۡ ذَرَأۡنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرٗا مِّنَ ٱلۡجِنِّ وَٱلۡإِنسِۖ لَهُمۡ قُلُوبٞ لَّا يَفۡقَهُونَ بِهَا وَلَهُمۡ أَعۡيُنٞ لَّا يُبۡصِرُونَ بِهَا وَلَهُمۡ ءَاذَانٞ لَّا يَسۡمَعُونَ بِهَآۚ أُوْلَٰٓئِكَ كَٱلۡأَنۡعَٰمِ بَلۡ هُمۡ أَضَلُّۚ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡغَٰفِلُونَ ١٧٩
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai” (QS. Al-A’rof. 179)


4.      Pendidikan Keluarga
Keluarga Nabi Ibrahim bisa menjadi simbol keluarga yang harmonis yang dilandasi cinta kepada Allah Swt. Keluarga yang dilandasi rasa cinta kepada Allah. Jika sesuatu sudah dilandasi dengan cinta kepada Allah segala hubungan bisa terjalin dengan harmonis dan baik. Seperti ceritanya Nabi ibrahim. Diriwayatkan Nabi Ibrahim mendapat perintah supaya mengajak istri dan putranya yang masih bayi ke lembah yang tandus, gersang, tidak ada tanaman juga sumber air. Tempat yang belum ada penghuni. Jauhnya dari tempat tinggal Nabi Ibrahim, Palestina ke Makkah kurang lebih 1600 KM. Nabi Ibrahim tidak mengerti apa yang dikehendaki Allah atas perintahnya tersebut. Nabi Ibrahim hanya ikhlas dan tawakkal menerima perintah tersebut. Ketika Nabi ibrahim akan meninggalkan Hajar dan Ismail, Hajar tanya kepada Ibrahim “Wahai Ibrahim. Anda akan pergi kemana? Anda akan meninggalkan saya dan Ismail disini juga tidak ada yang mencukupi kebutuhan kami?” Ibrahim tidak menjawab. Kemudian Hajar bertanya kembali, tapi Ibrahim tidak menjawab. Kemudian Hajar bertanya, “Apa Allah yang memerintahkan?” Ibrahim menjawab, “ Iya” kemudian Hajar berkata, “Apabila Allah yang memerintahkan pasti tidak akan menyia-nyiakan kita.”
Inilah gambaran istri yang taat kepada perintah suaminya walaupun perintah tersebut berat. Semuanya dengan dilandasi taat dan tawakkal kepada Allah Swt. Begitu juga ketika Allah memerintahkan Ibrahim supaya menyembelih Ismail, Ibrahim kelihatan sedih, susah. Karena, sebenarnya tidak ada orang tua yang tega menyembelih anaknya ata menelantarkan anaknya. Begitu juga Nabi Ibrahim tidak egois langsung menyembelih Ismail. Tapi dimusyawarahkan dulu dengan putranya. Dan putranya tidak membantah atau menolak. Hal ini berarti Ismail menjadi simbol anak yang sholih. Anak yang sholih akan selalu taat kepada orangtuanya.


فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعۡيَ قَالَ يَٰبُنَيَّ إِنِّيٓ أَرَىٰ فِي ٱلۡمَنَامِ أَنِّيٓ أَذۡبَحُكَ فَٱنظُرۡ مَاذَا تَرَىٰۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُۖ سَتَجِدُنِيٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ ١٠٢
Artinya: “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar" (As—shofat:102)
Ma’asyirol Muslimin rahimakumullah

Apabila kita perhatikan dizaman sekarang ini banyak keluarga yang tidak harmonis disebabkan istri yang tidak taat kepada suami. Orang tua yang tega membuang bahkan membunuh bayinya. Orang tua yang terlalu sibuk sehingga tidak sempat mengurusi anaknya. Juga anak yang durhaka kepada orang tuanya.
Oleh karena itu di hari Idul Adha ini menjadi pelajaran kepada kita supaya membangun keluarga yang harmonis yang dilandasi cinta. Cinta kepada Allah dan cinta kepada keluarga

Kiranya cukup sekian khutbah yang bisa saya sampaikan. Kurang lebihnya mohon maaf yang sebesar-besarnya.
أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ. إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ . بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua:
اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (4×) اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَ اللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.